Sebagai seorang Fransiskan sekular, saya menghayati apa yang dinamakan “4-C Fransiskan”, empat hal yang menunjukkan perendahan diri Allah, yaitu Crib (kelahiran Yesus di palungan / di kandang hina), Cross (kematian Yesus di kayu salib), Chalice (= piala = kehadiran Yesus Kristus dalam Ekaristi) dan Creation (kehadiran Yesus dalam alam ciptaan).[1] Dalam kesempatan ini kita akan mencoba untuk merenungkan Yesus sebagai Allah yang merendahkan diri itu dengan menggunakan bacaan Flp 2:1-11. Dari bacaan yang sama itu kita diharapkan akan menyadari bahwa kita pun harus mengikuti contoh yang diberikan Kristus.
0 Comments
Hampir setiap orang mengakui bahwa ada sesuatu yang salah dalam dunia dewasa ini, demikian pula dengan negara dan bangsa kita. Bagi mereka yang pesimistis, hal ini merupakan sesuatu yang menakutkan. Namun bagi para pengikut Santo Fransiskus dari Assisi, keadaan yang kelihatannya “rumit dan kacau” itu menunjukkan adanya sebuah peluang penuh kemuliaan untuk memperkenalkan kembali nilai-nilai kekristenan sejati ke dalam kehidupan sehari-hari. Seperti juga para Fransiskan mampu melipat-gandakan jumlah mereka setelah mengalami kematian besar-besaran karena terkena wabah di abad pertengahan, maka nilai-nilai Fransiskan dapat didirikan/dibangun/ dibangkitkan kembali dalam milenium baru ini. MERENUNGKAN MISTERI KEMATIAN Dalam salah satu buku mengenai riwayat hidup Santo Fransiskus (Lihat Fioretti, 10), diceritakan bahwa pada suatu hari salah seorang pengikutnya yang pertama, Saudara Masseo, menemui Fransiskus dan seolah-olah bergurau dia berkata, “Mengapa dibuntuti? Mengapa dibuntuti? Mengapa dibuntuti?” Lalu Fransiskus bertanya: “Apa yang hendak kaukatakan?” Saudara Masseo kemudian menjawab: “Maksud saya mengapa sampai terjadi bahwa seluruh dunia mengikuti engkau, dan mengapa setiap orang ingin melihat engkau, mendengarkan dan menaati engkau? Engkau kan tidak ganteng, tidak pintar dan tidak berdarah bangsawan? Mengapa seluruh dunia ingin mengikuti engkau?” REPORT TO THE MINISTER GENERAL OF THE FRIARS MINOR
BROTHER GIACOMO BINI, OFM THE CHURCH OF SAINT PASCHAL, WEDNESDAY, OCTOBER 27, 1999 Dear Brothers and Sisters, First of all, on behalf of the Secular Franciscan Order in Indonesia in general and the SFO of the Saint Louis IX Fraternity in Jakarta in particular, let me offer our brothers Giacomo Bini and Xavier Yu a warmest fraternal welcome. Welcome to Indonesia, our dear brothers. You come to visit us at the right time, a time when we as a nation has just started a new era, an era of hope for each and everyone of us Indonesians, an era of reconciliation and healing of so many wounds and sicknesses suffered by the Indonesian people. Now is indeed a good time for you to see the real face of our beloved nation. Perhaps it is also a good time to see the position of the Church amidst all the problems being faced by her. |
WarnasariArchivesJudul Artikel
All
|