Dalam salah satu buku mengenai riwayat hidup Santo Fransiskus (Lihat Fioretti, 10), diceritakan bahwa pada suatu hari salah seorang pengikutnya yang pertama, Saudara Masseo, menemui Fransiskus dan seolah-olah bergurau dia berkata, “Mengapa dibuntuti? Mengapa dibuntuti? Mengapa dibuntuti?” Lalu Fransiskus bertanya: “Apa yang hendak kaukatakan?” Saudara Masseo kemudian menjawab: “Maksud saya mengapa sampai terjadi bahwa seluruh dunia mengikuti engkau, dan mengapa setiap orang ingin melihat engkau, mendengarkan dan menaati engkau? Engkau kan tidak ganteng, tidak pintar dan tidak berdarah bangsawan? Mengapa seluruh dunia ingin mengikuti engkau?”
MENGAPA KAMI MENGIKUTI SI KECIL MISKIN DARI ASSISI ???
[KHOTBAH PADA MISA DI GEREJA SANTO YOSEP MATRAMAN, TANGGAL 7 MEI 2006]
Romo, Bapa-Ibu dan Saudara-Saudari yang terkasih,
Terima kasih untuk kesempatan yang diberikan Panitia Panggilan kepada saya untuk berdiri di tempat ini pada hari ini, HARI MINGGU PANGGILAN, untuk memberikan penjelasan secara singkat mengenai Ordo Fransiskan Sekular dan pengalaman saya pribadi sebagai anggotanya.
Nama saya Frans Indrapradja dari paroki Santo Stefanus, Cilandak, Jakarta Selatan dan umur saya sudah 62 tahun. Saya seorang yang berkeluarga dengan satu istri dan lima orang anak yang sudah dewasa semua. Saya adalah seorang anggota OFS, Persaudaraan Santo Ludovikus IX, Jakarta. OFS adalah singkatan dari ORDO FRANCISCANUS SAECULARIS dalam bahasa Latin, di Indonesiakan menjadi Ordo Fransiskan Awam, sebelum tahun 1978 dikenal sebagai Ordo Ketiga Santo Fransiskus.
OFS merupakan anggota keluarga besar Fransiskan, yakni keluarga rohani terbesar dalam Gereja Katolik. Keluarga besar Fransiskan terdiri dari
1. Ordo Pertama, yang terdiri dari OFM (Ordo Fratrum Minorum=Ordo Saudara Dina), OFM Cap. (di KAJ ini mereka berkarya di Paroki Tebet, di daerah Bekasi), OFM Conv. (paroki Sunter).
2. Ordo Kedua, yakni Ordo Sancta Clara, yang a.l. berkarya di Pacet, Jawa Barat.
3. Ordo Ketiga, yang terdiri dari Ordo Ketiga Regular, yakni laki-laki dan perempuan yang hidup membiara. Contohnya adalah para Suster OSF di Marsudi Rini. Kalau yang laki-laki di Indonesia, contohnya adalah Bruder-bruder MTB. Ordo Ketiga Sekular atau OFS di Indonesia berpusat di Semarang, Jawa Tengah. Persaudaraan Nasional itu terdiri dari beberapa persaudaraan regional. Setiap persaudaraan regional mengkoordinir beberapa persaudaraan lokal.
Di Jakarta ini ada dua persaudaraan lokal, yaitu Persaudaraan Santo Ludovikus IX, yang berlokasi di biara Fransiskus, Kramat dan Persaudaraan Santo Thomas More, yang berkedudukan di biara Suster-suster Charitas Santo Fransiskus (FCh) di Pondok Labu, Cilandak. Setiap persaudaraan di setiap tingkat dipimpin oleh seorang minister, artinya pelayan sesuai permintaan Santo Fransiskus dari Assisi sendiri. OFS sudah ada sejak zaman Santo Fransiskus memulai gerakannya, yakni di awal abad ke 13.
Cara hidup Fransiskan berarti mengikuti hidup Injil Tuhan kita Yesus Kristus (Sang Gembala yang Baik), seturut teladan Santo Fransiskus dari Assisi. Cara hidup kami, para anggota OFS, diatur oleh Anggaran Dasar OFS (terakhir diubah dan disesuaikan dengan keputusan-keputusan Konsili Vatikan II, kemudian disahkan oleh Paus Paulus VI). Anggaran Dasar ini didukung oleh Konstitusi Umum OFS, yang juga berlaku umum di seluruh dunia.
Bapa-Ibu dan Saudara-saudari sekalian,
Hidup sebagai seorang Fransiskan Sekular adalah sebuah panggilan. Seperti ditulis dalam Konstitusi Dogmatis Lumen Gentium tentang Gereja, kita semua – apapun status atau corak hidup kita – dipanggil untuk mencapai kehidupan kristiani dan kesempurnaan cintakasih. Para anggota OFS juga terdiri dari pelbagai macam ragam pribadi, ada yang dokter, ada yang ibu rumah tangga, ada anggota Satpam, ada yang karyawan pemerintah, ada yang karyawan swasta, ada yang manager atau direktur, ada yang guru, dosen dlsb. Semua bersaudara.
Mengapa kami mengikuti cara hidup Fransiskan?
Dalam salah satu buku mengenai riwayat hidup Santo Fransiskus (Lihat Fioretti, 10), diceritakan bahwa pada suatu hari salah seorang pengikutnya yang pertama, Saudara Masseo, menemui Fransiskus dan seolah-olah bergurau dia berkata, “Mengapa dibuntuti? Mengapa dibuntuti? Mengapa dibuntuti?” Lalu Fransiskus bertanya: “Apa yang hendak kaukatakan?” Saudara Masseo kemudian menjawab: “Maksud saya mengapa sampai terjadi bahwa seluruh dunia mengikuti engkau, dan mengapa setiap orang ingin melihat engkau, mendengarkan dan menaati engkau? Engkau kan tidak ganteng, tidak pintar dan tidak berdarah bangsawan? Mengapa seluruh dunia ingin mengikuti engkau?” Kelanjutan dari cerita ini tentu dapat Saudara-saudari baca sendiri dalam Fioretti.
Pertanyaan Saudara Masseo ini masih tetap relevan bagi siapa saja yang mengambil keputusan untuk mengikuti Santo Fransiskus dari Assisi pada zaman modern ini. Mengapa kami mau mengikuti dia? Jelas bahwa hal ‘mengikuti’ tidaklah sama artinya dengan ‘ikut-ikutan’. Harus ada alasan yang jelas yang berlandaskan motif yang jelas pula.
Seandainya pada hari ini seorang Saudara Masseo lain datang dan menanyakan, “Mengapa kami –orang-orang sekular atau orang-orang dunia- ramai-ramai mengikuti Santo Fransiskus, meskipun dia bukanlah orang yang ganteng, dan dia pun bukan seorang yang sangat terpelajar dan penuh hikmat, bahkan bukan seorang bangsawan?”, maka kami hanya dapat menjawab pertanyaan orang itu, seperti disebutkan di bawah ini. Di sini ada beberapa masukan, tetapi saya hanya akan menyebutkan beberapa saja:
1. Karena kami secara mendalam meyakini bahwa ‘Si Kecil Miskin dari Assisi’ ini, bahkan sekarang pun masih mempunyai pesan yang sangat penting bagi kita semua; miskin atau kaya, kaum marginal atau elit (sedikit orang dalam masyarakat yang memiliki privilese penuh kelimpahan). Kami sangat percaya bahwa nilai-nilai dan spiritualitas Santo Fransiskus mengandung sebuah pelajaran besar bagi masyarakat-masyarakat di mana saja dewasa ini, demikian pula dengan masyarakat-masyarakat dalam milenium ketiga ini. Pesan dari Santo Fransiskus tidak ‘menghukum’ kita –para pendosa-; melainkan mengundang kita semua untuk menjalani/menapak tilas sebuah jalan yang serupa seperti yang telah dijalani olehnya – sebuah jalan menuju Ciptaan Baru.
2. Karena Santo Fransiskus telah mengubah gambaran kami tentang Allah. Dia masih saja mengundang orang-orang untuk memikirkan dan mengalami Allah sebagai seorang pribadi yang murah hati dan sebagai Sang Pencipta yang penuh kasih.
3. Karena Santo Fransiskus telah mengubah bagaimana kami memandang diri kami sendiri. Dia menekankan kebajikan/keutamaan ‘kerendahan hati’, menjadi jujur mengenai siapa diri kami sebenarnya di hadapan Allah dan siapa diri kami dalam hubungan kami masing-masing dengan orang-orang lain (satu sama lain).
4. Karena Santo Fransiskus telah mengubah bagaimana kami memandang dunia. “Kidung Saudara Matahari” (“Puja-pujian Makhluk-makhluk”) diakui oleh banyak orang Kristiani maupun non-Kristiani sebagai sebuah piagam bagi sebuah penggunaan lebih penuh respek dari dunia yang telah dipercayakan Allah kepada kita semua.
5. Karena Santo Fransiskus telah mempengaruhi orang-orang Kristiani yang lain. Banyak orang Kristiani yang Orthodox maupun Protestan memperlakukan Santo Fransiskus sebagai seorang di antara mereka sendiri. Tentu dia masih memainkan sebuah peranan yang sangat penting dalam setiap gerakan ekumenis atau setiap upaya untuk memajukan persatuan Kristiani.
6. Karena Santo Fransiskus memberikan inspirasi kepada para saudara-saudari kita yang beriman lain. Tidak hanya orang Katolik atau orang Kristiani lain saja yang memandang Santo Fransiskus sebagai seorang kudus. Isu-isu perdamaian, ekologi, kebebasan beragama dan hormat terhadap seorang pribadi membentuk sebuah ikatan yang kuat antara Santo Fransiskus dengan banyak anggota agama-agama besar dunia. Yang patut dicatat adalah fakta bahwa Mantan Presiden kita Gus Dur ( K.H. Abdulrahman Wahid) pergi ke kota Assisi pada tahun 1996, untuk mengunjungi peringatan 10 tahun “Hari Doa untuk Perdamaian Dunia”.
7. Karena Santo Fransiskus menjembatani masa lampau dengan masa depan. Dalam Surat Apostoliknya yang berjudul “Kedatangan Milenium Ketiga” (Tertio Millennio Adveniente), Paus Yohanes Paulus II menulis bahwa “sukacita setiap yubileum adalah terlebih-lebih sukacita yang berdasarkan pengampunan dosa-dosa, sukacita pertobatan” (TMA, 32). Sri Paus melanjutkan: “Di antara dosa-dosa yang memerlukan tekad yang lebih besar untuk menyesal dan bertobat pastilah termasuk dosa-dosa yang telah merusak kesatuan yang dikehendaki Allah untuk Umat-Nya” (TMA, 34). Sehubungan dengan hal pertobatan ini Santo Fransiskus merupakan contoh sempurna bagi para pengikutnya pada masa hidupnya di dunia ini, dan tentunya juga menjadi contoh sempurna bagi kita semua di zaman ini.
8. Akhirnya, kami mengenal Santo Fransiskus sebagai seseorang yang memperkenankan rahmat Allah untuk berbuah dalam kehidupannya sendiri, sebagai seseorang yang menjadi sebuah ‘Injil yang hidup’ bagi para laki-laki dan perempuan di zamannya, sebagai seseorang yang dapat menolong kita semua menjadi para pengikut/murid yang lebih otentik dari Yesus Kristus –Sang Sabda yang menjadi daging-, dan seseorang yang dapat menolong kita mengenal satu sama lain sebagai saudara dan saudari, semua diciptakan menurut gambaran Allah.
Nah, Bapa-Ibu dan Saudara-saudari sekalian yang terkasih, inilah catatan kami untuk anda yang berminat menjadi anggota OFS. Kami tidak menyediakan brosur. Kami bertemu untuk rekoleksi bulanan di biara Fransiskus, Kramat Raya setiap hari Minggu pertama dalam bulan, jam 9.00 pagi. Terima kasih.
* * * * *
[KHOTBAH PADA MISA DI GEREJA SANTO YOSEP MATRAMAN, TANGGAL 7 MEI 2006]
Romo, Bapa-Ibu dan Saudara-Saudari yang terkasih,
Terima kasih untuk kesempatan yang diberikan Panitia Panggilan kepada saya untuk berdiri di tempat ini pada hari ini, HARI MINGGU PANGGILAN, untuk memberikan penjelasan secara singkat mengenai Ordo Fransiskan Sekular dan pengalaman saya pribadi sebagai anggotanya.
Nama saya Frans Indrapradja dari paroki Santo Stefanus, Cilandak, Jakarta Selatan dan umur saya sudah 62 tahun. Saya seorang yang berkeluarga dengan satu istri dan lima orang anak yang sudah dewasa semua. Saya adalah seorang anggota OFS, Persaudaraan Santo Ludovikus IX, Jakarta. OFS adalah singkatan dari ORDO FRANCISCANUS SAECULARIS dalam bahasa Latin, di Indonesiakan menjadi Ordo Fransiskan Awam, sebelum tahun 1978 dikenal sebagai Ordo Ketiga Santo Fransiskus.
OFS merupakan anggota keluarga besar Fransiskan, yakni keluarga rohani terbesar dalam Gereja Katolik. Keluarga besar Fransiskan terdiri dari
1. Ordo Pertama, yang terdiri dari OFM (Ordo Fratrum Minorum=Ordo Saudara Dina), OFM Cap. (di KAJ ini mereka berkarya di Paroki Tebet, di daerah Bekasi), OFM Conv. (paroki Sunter).
2. Ordo Kedua, yakni Ordo Sancta Clara, yang a.l. berkarya di Pacet, Jawa Barat.
3. Ordo Ketiga, yang terdiri dari Ordo Ketiga Regular, yakni laki-laki dan perempuan yang hidup membiara. Contohnya adalah para Suster OSF di Marsudi Rini. Kalau yang laki-laki di Indonesia, contohnya adalah Bruder-bruder MTB. Ordo Ketiga Sekular atau OFS di Indonesia berpusat di Semarang, Jawa Tengah. Persaudaraan Nasional itu terdiri dari beberapa persaudaraan regional. Setiap persaudaraan regional mengkoordinir beberapa persaudaraan lokal.
Di Jakarta ini ada dua persaudaraan lokal, yaitu Persaudaraan Santo Ludovikus IX, yang berlokasi di biara Fransiskus, Kramat dan Persaudaraan Santo Thomas More, yang berkedudukan di biara Suster-suster Charitas Santo Fransiskus (FCh) di Pondok Labu, Cilandak. Setiap persaudaraan di setiap tingkat dipimpin oleh seorang minister, artinya pelayan sesuai permintaan Santo Fransiskus dari Assisi sendiri. OFS sudah ada sejak zaman Santo Fransiskus memulai gerakannya, yakni di awal abad ke 13.
Cara hidup Fransiskan berarti mengikuti hidup Injil Tuhan kita Yesus Kristus (Sang Gembala yang Baik), seturut teladan Santo Fransiskus dari Assisi. Cara hidup kami, para anggota OFS, diatur oleh Anggaran Dasar OFS (terakhir diubah dan disesuaikan dengan keputusan-keputusan Konsili Vatikan II, kemudian disahkan oleh Paus Paulus VI). Anggaran Dasar ini didukung oleh Konstitusi Umum OFS, yang juga berlaku umum di seluruh dunia.
Bapa-Ibu dan Saudara-saudari sekalian,
Hidup sebagai seorang Fransiskan Sekular adalah sebuah panggilan. Seperti ditulis dalam Konstitusi Dogmatis Lumen Gentium tentang Gereja, kita semua – apapun status atau corak hidup kita – dipanggil untuk mencapai kehidupan kristiani dan kesempurnaan cintakasih. Para anggota OFS juga terdiri dari pelbagai macam ragam pribadi, ada yang dokter, ada yang ibu rumah tangga, ada anggota Satpam, ada yang karyawan pemerintah, ada yang karyawan swasta, ada yang manager atau direktur, ada yang guru, dosen dlsb. Semua bersaudara.
Mengapa kami mengikuti cara hidup Fransiskan?
Dalam salah satu buku mengenai riwayat hidup Santo Fransiskus (Lihat Fioretti, 10), diceritakan bahwa pada suatu hari salah seorang pengikutnya yang pertama, Saudara Masseo, menemui Fransiskus dan seolah-olah bergurau dia berkata, “Mengapa dibuntuti? Mengapa dibuntuti? Mengapa dibuntuti?” Lalu Fransiskus bertanya: “Apa yang hendak kaukatakan?” Saudara Masseo kemudian menjawab: “Maksud saya mengapa sampai terjadi bahwa seluruh dunia mengikuti engkau, dan mengapa setiap orang ingin melihat engkau, mendengarkan dan menaati engkau? Engkau kan tidak ganteng, tidak pintar dan tidak berdarah bangsawan? Mengapa seluruh dunia ingin mengikuti engkau?” Kelanjutan dari cerita ini tentu dapat Saudara-saudari baca sendiri dalam Fioretti.
Pertanyaan Saudara Masseo ini masih tetap relevan bagi siapa saja yang mengambil keputusan untuk mengikuti Santo Fransiskus dari Assisi pada zaman modern ini. Mengapa kami mau mengikuti dia? Jelas bahwa hal ‘mengikuti’ tidaklah sama artinya dengan ‘ikut-ikutan’. Harus ada alasan yang jelas yang berlandaskan motif yang jelas pula.
Seandainya pada hari ini seorang Saudara Masseo lain datang dan menanyakan, “Mengapa kami –orang-orang sekular atau orang-orang dunia- ramai-ramai mengikuti Santo Fransiskus, meskipun dia bukanlah orang yang ganteng, dan dia pun bukan seorang yang sangat terpelajar dan penuh hikmat, bahkan bukan seorang bangsawan?”, maka kami hanya dapat menjawab pertanyaan orang itu, seperti disebutkan di bawah ini. Di sini ada beberapa masukan, tetapi saya hanya akan menyebutkan beberapa saja:
1. Karena kami secara mendalam meyakini bahwa ‘Si Kecil Miskin dari Assisi’ ini, bahkan sekarang pun masih mempunyai pesan yang sangat penting bagi kita semua; miskin atau kaya, kaum marginal atau elit (sedikit orang dalam masyarakat yang memiliki privilese penuh kelimpahan). Kami sangat percaya bahwa nilai-nilai dan spiritualitas Santo Fransiskus mengandung sebuah pelajaran besar bagi masyarakat-masyarakat di mana saja dewasa ini, demikian pula dengan masyarakat-masyarakat dalam milenium ketiga ini. Pesan dari Santo Fransiskus tidak ‘menghukum’ kita –para pendosa-; melainkan mengundang kita semua untuk menjalani/menapak tilas sebuah jalan yang serupa seperti yang telah dijalani olehnya – sebuah jalan menuju Ciptaan Baru.
2. Karena Santo Fransiskus telah mengubah gambaran kami tentang Allah. Dia masih saja mengundang orang-orang untuk memikirkan dan mengalami Allah sebagai seorang pribadi yang murah hati dan sebagai Sang Pencipta yang penuh kasih.
3. Karena Santo Fransiskus telah mengubah bagaimana kami memandang diri kami sendiri. Dia menekankan kebajikan/keutamaan ‘kerendahan hati’, menjadi jujur mengenai siapa diri kami sebenarnya di hadapan Allah dan siapa diri kami dalam hubungan kami masing-masing dengan orang-orang lain (satu sama lain).
4. Karena Santo Fransiskus telah mengubah bagaimana kami memandang dunia. “Kidung Saudara Matahari” (“Puja-pujian Makhluk-makhluk”) diakui oleh banyak orang Kristiani maupun non-Kristiani sebagai sebuah piagam bagi sebuah penggunaan lebih penuh respek dari dunia yang telah dipercayakan Allah kepada kita semua.
5. Karena Santo Fransiskus telah mempengaruhi orang-orang Kristiani yang lain. Banyak orang Kristiani yang Orthodox maupun Protestan memperlakukan Santo Fransiskus sebagai seorang di antara mereka sendiri. Tentu dia masih memainkan sebuah peranan yang sangat penting dalam setiap gerakan ekumenis atau setiap upaya untuk memajukan persatuan Kristiani.
6. Karena Santo Fransiskus memberikan inspirasi kepada para saudara-saudari kita yang beriman lain. Tidak hanya orang Katolik atau orang Kristiani lain saja yang memandang Santo Fransiskus sebagai seorang kudus. Isu-isu perdamaian, ekologi, kebebasan beragama dan hormat terhadap seorang pribadi membentuk sebuah ikatan yang kuat antara Santo Fransiskus dengan banyak anggota agama-agama besar dunia. Yang patut dicatat adalah fakta bahwa Mantan Presiden kita Gus Dur ( K.H. Abdulrahman Wahid) pergi ke kota Assisi pada tahun 1996, untuk mengunjungi peringatan 10 tahun “Hari Doa untuk Perdamaian Dunia”.
7. Karena Santo Fransiskus menjembatani masa lampau dengan masa depan. Dalam Surat Apostoliknya yang berjudul “Kedatangan Milenium Ketiga” (Tertio Millennio Adveniente), Paus Yohanes Paulus II menulis bahwa “sukacita setiap yubileum adalah terlebih-lebih sukacita yang berdasarkan pengampunan dosa-dosa, sukacita pertobatan” (TMA, 32). Sri Paus melanjutkan: “Di antara dosa-dosa yang memerlukan tekad yang lebih besar untuk menyesal dan bertobat pastilah termasuk dosa-dosa yang telah merusak kesatuan yang dikehendaki Allah untuk Umat-Nya” (TMA, 34). Sehubungan dengan hal pertobatan ini Santo Fransiskus merupakan contoh sempurna bagi para pengikutnya pada masa hidupnya di dunia ini, dan tentunya juga menjadi contoh sempurna bagi kita semua di zaman ini.
8. Akhirnya, kami mengenal Santo Fransiskus sebagai seseorang yang memperkenankan rahmat Allah untuk berbuah dalam kehidupannya sendiri, sebagai seseorang yang menjadi sebuah ‘Injil yang hidup’ bagi para laki-laki dan perempuan di zamannya, sebagai seseorang yang dapat menolong kita semua menjadi para pengikut/murid yang lebih otentik dari Yesus Kristus –Sang Sabda yang menjadi daging-, dan seseorang yang dapat menolong kita mengenal satu sama lain sebagai saudara dan saudari, semua diciptakan menurut gambaran Allah.
Nah, Bapa-Ibu dan Saudara-saudari sekalian yang terkasih, inilah catatan kami untuk anda yang berminat menjadi anggota OFS. Kami tidak menyediakan brosur. Kami bertemu untuk rekoleksi bulanan di biara Fransiskus, Kramat Raya setiap hari Minggu pertama dalam bulan, jam 9.00 pagi. Terima kasih.
* * * * *