PEMBARUAN JANJI SETIA KEPADA GEREJA – KANESTA
GEREJA SANTO PASKALIS, CEMPAKA PUTIH – 15 APRIL 2011
[Sebuah laporan kepada Sdr. Harijadi OFS di Jateng dekat Gunung Merapi]
Pada hari Jumat tanggal 15 April 2011, saya mengikuti acara “Pembaruan Janji Setia kepada Gereja” yang diselenggarakan oleh Keluarga Fransiskan Jakarta (KANESTA), sebuah acara yang direncanakan untuk diawali pada jam 16.00 WIB dengan sebuah seminar oleh Romo Vikjen Yohanes Subagyo Pr., yaitu tentang “ARAH DASAR PASTORAL KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA TAHUN 2011-2015”; yang kemudian dilanjutkan dengan Perayaan Ekaristi konselebrasi yang dipimpin oleh Uskup Agung KAJ, Mgr. Ignatius Suharyo, Pr.
Rombongan Fransiskan-Fransiskanes dari Jakarta Selatan. Saya ikut serta dalam rombongan persaudaraan OFS St. Thomas More, Jakarta Selatan yang berkumpul di Biara Siena (Pondok Labu) dari para suster Fransiskanes Charitas (FCh). Sekitar jam 14.00 kami pun berangkat. Sdri. [Ibu] Sitanggang ikut dalam mobil para suster dan kami yang laki-laki 6 orang plus supir berangkat dalam sebuah mobil angkot no. 11 milik Sdr. Thomas Wahyono, OFS – minister persaudaraan. Pocari Sweat dan air aqua dalam botol-botol plastik disediakan oleh Sdri. Fransiska Kokong dan Sdr. Paulus Kokong OFS, mantan minister persaudaraan. Mereka tidak dapat ikut serta karena ada acara ulang tahun keluarga. Sepanjang perjalanan yang cukup jauh itu, tidak ada seorang penumpang pun yang jatuh tertidur karena pernjalanan diisi dengan percakapan “poleksosbud” yang didukung serta dilengkapi dengan makanan kecil berupa goreng-gorengan yang telah disediakan oleh Sdr. Minister. “Berbagi, berbagi. Berbagi dengan cintakasih!” Rombongan kami tiba di tempat sebelum jam 15.00 WIB dan situasi “TKP” masih sepi, kalau tidak boleh dikatakan “sunyi-senyap”.
Yesus yang tersalib dalam ukuran besar, yang tergantung di dalam gereja, memang mendorong setiap Fransiskan untuk berdoa adoramus te dengan penuh hormat ketika memasuki bagian dalam dari gereja: “Kami menyembah Engkau, Tuhan Yesus Kristus, di sini dan di semua gereja-Mu yang ada di seluruh dunia; dan kami memuji Engkau, sebab Engkau telah menebus dunia dengan salib suci-Mu yang suci” (lihat Was 5). Di dalam gedung gereja ada sekelompok orang yang sedang melakukan devosi kepada “Kerahiman Ilahi”. Yesus, Santa Faustina dan orang-orang kudus lainnya pastilah tersenyum penuh haru memandang sejumlah kecil umat yang begitu setia kepada devosi yang indah itu.
Kami masing-masing pun memperoleh waktu yang cukup untuk berdoa secara pribadi di dalam gereja, meski para petugas gereja telah menawarkan tempat yang lebih nyaman (lebih adem). Kesempatan ini saya gunakan untuk mendoakan “Korona Fransiskan” yang memang selalu menyertaiku dalam saku dan memasang lilin di depan patung Bunda Maria. Sungguh jarang orang Jakarta – yang biasanya sibuk atau ‘suka menyibukkan diri’ – mendapat kesempatan emas seperti ini.
Seminar. Bapak Uskup datang ketika acara pendaftaran dan makan-minum ringan masih berlangsung. Doa mengawali kegiatan berikutnya, yaitu seminar. Setelah sambutan panitia yang secara khusus memuji Bapak Uskup dan Romo Vikjen yang secara spontan menyetujui untuk berpartisipasi dalam acara ini, maka seminar pun langsung dimulai dengan Sdr. Thomas “Ferry” Suharto OFM sebagai moderator.
Romo Vikjen kemudian mulai menjelaskan secara perlahan-lahan dan mantap isi dari “Arah Dasar Pastoral Keuskupan angung Jakarta Tahun 2011-1015”. Dokumen ini disusun oleh sebuah tim (a.l. dua orang awam) dan juga dengan bantuan sejumlah ahli berbagai bidang, termasuk a.l. sosiolog, ekonomi dan praktisi manajemen. Menurut Romo Vikjen, dokumen ini disusun dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh umat kebanyakan, dan juga masih dapat diamandemen. Keseluruhan isi dokumen ini adalah sebagai berikut:
GEREJA SANTO PASKALIS, CEMPAKA PUTIH – 15 APRIL 2011
[Sebuah laporan kepada Sdr. Harijadi OFS di Jateng dekat Gunung Merapi]
Pada hari Jumat tanggal 15 April 2011, saya mengikuti acara “Pembaruan Janji Setia kepada Gereja” yang diselenggarakan oleh Keluarga Fransiskan Jakarta (KANESTA), sebuah acara yang direncanakan untuk diawali pada jam 16.00 WIB dengan sebuah seminar oleh Romo Vikjen Yohanes Subagyo Pr., yaitu tentang “ARAH DASAR PASTORAL KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA TAHUN 2011-2015”; yang kemudian dilanjutkan dengan Perayaan Ekaristi konselebrasi yang dipimpin oleh Uskup Agung KAJ, Mgr. Ignatius Suharyo, Pr.
Rombongan Fransiskan-Fransiskanes dari Jakarta Selatan. Saya ikut serta dalam rombongan persaudaraan OFS St. Thomas More, Jakarta Selatan yang berkumpul di Biara Siena (Pondok Labu) dari para suster Fransiskanes Charitas (FCh). Sekitar jam 14.00 kami pun berangkat. Sdri. [Ibu] Sitanggang ikut dalam mobil para suster dan kami yang laki-laki 6 orang plus supir berangkat dalam sebuah mobil angkot no. 11 milik Sdr. Thomas Wahyono, OFS – minister persaudaraan. Pocari Sweat dan air aqua dalam botol-botol plastik disediakan oleh Sdri. Fransiska Kokong dan Sdr. Paulus Kokong OFS, mantan minister persaudaraan. Mereka tidak dapat ikut serta karena ada acara ulang tahun keluarga. Sepanjang perjalanan yang cukup jauh itu, tidak ada seorang penumpang pun yang jatuh tertidur karena pernjalanan diisi dengan percakapan “poleksosbud” yang didukung serta dilengkapi dengan makanan kecil berupa goreng-gorengan yang telah disediakan oleh Sdr. Minister. “Berbagi, berbagi. Berbagi dengan cintakasih!” Rombongan kami tiba di tempat sebelum jam 15.00 WIB dan situasi “TKP” masih sepi, kalau tidak boleh dikatakan “sunyi-senyap”.
Yesus yang tersalib dalam ukuran besar, yang tergantung di dalam gereja, memang mendorong setiap Fransiskan untuk berdoa adoramus te dengan penuh hormat ketika memasuki bagian dalam dari gereja: “Kami menyembah Engkau, Tuhan Yesus Kristus, di sini dan di semua gereja-Mu yang ada di seluruh dunia; dan kami memuji Engkau, sebab Engkau telah menebus dunia dengan salib suci-Mu yang suci” (lihat Was 5). Di dalam gedung gereja ada sekelompok orang yang sedang melakukan devosi kepada “Kerahiman Ilahi”. Yesus, Santa Faustina dan orang-orang kudus lainnya pastilah tersenyum penuh haru memandang sejumlah kecil umat yang begitu setia kepada devosi yang indah itu.
Kami masing-masing pun memperoleh waktu yang cukup untuk berdoa secara pribadi di dalam gereja, meski para petugas gereja telah menawarkan tempat yang lebih nyaman (lebih adem). Kesempatan ini saya gunakan untuk mendoakan “Korona Fransiskan” yang memang selalu menyertaiku dalam saku dan memasang lilin di depan patung Bunda Maria. Sungguh jarang orang Jakarta – yang biasanya sibuk atau ‘suka menyibukkan diri’ – mendapat kesempatan emas seperti ini.
Seminar. Bapak Uskup datang ketika acara pendaftaran dan makan-minum ringan masih berlangsung. Doa mengawali kegiatan berikutnya, yaitu seminar. Setelah sambutan panitia yang secara khusus memuji Bapak Uskup dan Romo Vikjen yang secara spontan menyetujui untuk berpartisipasi dalam acara ini, maka seminar pun langsung dimulai dengan Sdr. Thomas “Ferry” Suharto OFM sebagai moderator.
Romo Vikjen kemudian mulai menjelaskan secara perlahan-lahan dan mantap isi dari “Arah Dasar Pastoral Keuskupan angung Jakarta Tahun 2011-1015”. Dokumen ini disusun oleh sebuah tim (a.l. dua orang awam) dan juga dengan bantuan sejumlah ahli berbagai bidang, termasuk a.l. sosiolog, ekonomi dan praktisi manajemen. Menurut Romo Vikjen, dokumen ini disusun dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh umat kebanyakan, dan juga masih dapat diamandemen. Keseluruhan isi dokumen ini adalah sebagai berikut:
ARAH DASAR PASTORAL KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA TAHUN 2011- 2015
Gereja Keuskupan Agung Jakarta bercita-cita menjadi Umat Allah yang, atas dorongan dan tuntunan Roh Kudus, semakin memperdalam imannya akan Yesus Kristus, membangun persaudaraan sejati danterlibat dalam pelayanan kasih di tengah masyarakat.
Dilandasi oleh spiritualitas Gembala Baik dan pelayanan yang murah hati, ditopang oleh tata-penggembalaan partisipatif dan transformatif, seluruh umat Keuskupan Agung Jakarta berkehendak untuk menyelenggarakan pelbagai kegiatan dalam rangka menghayati dan meneruskan Nilai, Ajaran serta Tradisi Gereja Katolik dan melibatkan diri dalam berbagai permasalahan sosial, terutama kemiskinan, kerusakan lingkungan hidup serta intoleransi dalam hidup bersama.
Gereja Keuskupan Agung Jakarta bercita-cita menjadi Umat Allah yang, atas dorongan dan tuntunan Roh Kudus, semakin memperdalam imannya akan Yesus Kristus, membangun persaudaraan sejati danterlibat dalam pelayanan kasih di tengah masyarakat.
Dilandasi oleh spiritualitas Gembala Baik dan pelayanan yang murah hati, ditopang oleh tata-penggembalaan partisipatif dan transformatif, seluruh umat Keuskupan Agung Jakarta berkehendak untuk menyelenggarakan pelbagai kegiatan dalam rangka menghayati dan meneruskan Nilai, Ajaran serta Tradisi Gereja Katolik dan melibatkan diri dalam berbagai permasalahan sosial, terutama kemiskinan, kerusakan lingkungan hidup serta intoleransi dalam hidup bersama.