Doa “Bapa Kami” ini, yang diberikan kepada kita oleh Yesus sendiri, tidak hanya merupakan sebuah pernyataan mengenai bagaimana kita seharusnya berdoa, melainkan juga merupakan sebuah refleksi tentang bagaimana Yesus sendiri berdoa (lihat Luk 11:1-4).
0 Comments
Memang Ia memberikan kekuatan dan kuasa untuk menguasai roh-roh jahat, untuk menyembuhkan penyakit-penyakit serta untuk mewartakan pertobatan, akan tetapi berbagai kebutuhan sehari-hari yang bersifat praktis kan tetap harus diperhatikan? Sungguh tidak dapat diterima oleh akal-sehat manusia. Namun kenyataannya adalah, bahwa 800 tahun lampau ayat padanan dari Mrk 6:8 (Luk 9:3; Mat 10:9-10) ini merupakan salah satu ayat Kitab Suci yang memberi petunjuk kepada Santo Fransiskus dari Assisi di awal-awal pertobatannya, bagaimana dia dan saudara-saudaranya harus melakukan tugas pelayanan mereka (lihat 1Cel 22; bdk. LegMaj III:1). Tidak lama kemudian lahirlah sebuah keluarga rohani yang sekarang merupakan keluarga rohani terbesar dalam Gereja. Pada zaman modern ini, terutama dalam kota besar seperti Jakarta ini, terasa ada begitu banyak hal yang harus kita lakukan, sedangkan waktu yang tersedia terasa terlalu sedikit. Hal ini dirasakan teristimewa oleh orangtua yang dua-duanya harus bekerja mencari nafkah dan sekaligus mempunyai anak (-anak) yang masih kecil-kecil. Begitu sedikit waktu yang dapat mereka sediakan untuk berkumpul dengan anak-anak mereka, sehingga tidak jarang anak-anak itu sesungguhnya menjadi anak-anak oma atau opa, malah bisa jadi anak dari si baby sitter yang merawat. Kalaupun ada waktu yang tersedia, kedua orangtua sudah nyaris kehabisan energi. Dalam situasi hangar-bingar kota metropolitan (atau megapolitan?) sangat mudahlah bagi kita menjadi luput mendengar suara Yesus yang lemah lembut, yang memanggil kita setiap hari. Pada saat Yesus mengulurkan tangan-Nya dan menyentuh orang itu, maka tindakan-Nya tersebut tentunya sangat mengejutkan si penderita kusta. Mengapa? Karena dengan begitu Yesus menjadi tercemar di mata hukum Taurat, dengan demikian secara otomatis Ia tidak diperkenankan untuk berpartisipasi dalam fungsi-fungsi keagamaan Yahudi. Namun demikian, apakah yang terjadi? Bukan Yesus yang terinfeksi sakit kusta, melainkan si penderita kusta sendirilah yang terinfeksi oleh kemurnian Yesus, dengan demikian dirinya pun disembuhkan. |
RenunganArchives
August 2013
Judul Renungan
All
|