“Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (Mat 25:40).
Banyak dari orang-orang yang disebut Yesus sebagai “saudari-saudara yang paling hina” seringkali luput terlihat oleh kita, kita yang sering bangga menamakan diri kita sebagai Kristiani, para pengikut Kristus. Mereka adalah sesama kita yang di mata dunia kelihatan tidak penting namun sangat berharga di mata Yesus: mereka yang tidak menarik ditampilkan dalam majalah, surat kabar, acara radio atau pun acara televisi dlsb. Bagi orang-orang seperti ini tidak ada tempat yang layak di mata dunia, kecuali tempat terakhir.
Yesus mengidentifikasikan diri-Nya dengan semua orang kecil dan hina ini (lihat Mat 25:40). Dengan kata-kata ini Yesus mengatakan kepada kita di mana kita dapat bertemu dengan Dia dan bagaimana seharusnya kita melayani Dia. Apabila kita bertanya, “Di manakah saya dapat menemukan Yesus Kristus?”, maka Dia sendiri akan mengarahkan kita kepada saudari dan saudara kita yang miskin dan seringkali diabaikan dalam masyarakat. Yesus seakan berkata, “Di sanalah Aku! Berpalinglah dan pandanglah mereka! Bukalah pintu dan jendela hatimu bagi mereka, dan keluarlah dari “zona kenyamanan”-mu sambil mengulurkan tangan-tanganmu untuk menolong mereka. Lalu, percayalah kepada-Ku, apabila Aku berkata: ‘Kamu telah melakukannya untuk Aku!’”
Dalam “Wasiat”-nya, Santo Fransiskus dari Assisi yang dulunya seorang anak pedagang kaya menggambarkan pengalamannya akan Kristus: “Beginilah Tuhan menganugerahkan kepadaku, Saudara Fransiskus, untuk mulai melakukan pertobatan. Ketika aku dalam dosa, aku merasa amat muak melihat orang kusta. Akan tetapi Tuhan sendiri menghantar aku ke tengah mereka dan aku merawat mereka penuh kasihan. Setelah aku meninggalkan mereka, apa yang tadinya terasa memuakkan, berubah bagiku menjadi kemanisan jiwa dan badan; dan sesudahnya aku sebentar menetap, lalu aku meninggalkan dunia” (Was 1-3).
Rasa kasihan yang ditunjukkan oleh Fransiskus kepada orang-orang kusta mencakup juga merangkul dan mencium salah seorang dari mereka dan juga merawat orang-orang kusta itu. Yesus yang miskin dan rendah menarik dirinya sehingga menjadi miskin dan rendah pula, dan membuat dirinya bahkan berhasrat untuk menjadi orang yang paling dina dan hamba bagi semua orang. Ketika dia menyuruh tuliskan dalam anggaran dasar: “Dan mereka hendaknya menjadi rendahan (dina)”, maka pada saat kalimat itu dibacakan, ia berkata pada saat itu juga: “Aku mau supaya persaudaraan ini dinamakan Ordo Saudara Dina (Ordo Fratrum Minorum). Dan sungguh-sungguh mereka adalah dina, yang tunduk kepada sekalian orang dan selalu mencari tempat kerja yang dipandang hina dan melakukan tugas yang hina, dalam mana mereka menurut gelagatnya mudah diperlakukan secara tidak layak, agar mereka patut didasarkan atas kerendahan hati, sehingga berkat bantuan Ilahi dalam diri mereka dapat berdiri bangunan rohani segala keutamaan” (1Cel 38).
Apabila kita mengasihani orang lain, maka kita menerima lebih banyak daripada yang kita berikan. Kita tidak pernah dapat memberikan sesuatu kepada Yesus tanpa menerima sesuatu yang lebih besar sebagai balasan. Jika kita merenungkan mengapa Yesus memandang diri-Nya berkaitan dengan orang-orang kecil di dunia dan merasa ditarik oleh mereka, maka kita menemukan dua alasan yang kelihatan tidak cocok (compatible) satu sama lain: Allah begitu agung, begitu besar, namun Ia membuat diri-Nya begitu kecil, suatu kontradiksi.
ALLAH BEGITU AGUNG DAN BESAR. Allah begitu kaya dan ingin menganugerahkan kekayaan-Nya kepada kita manusia. Namun apabila siapa pun dari kita berpikir bahwa kita sudah kaya, dengan demikian sudah puas dengan kondisi diri kita, maka kita tidak akan pernah dapat menghadap hadirat-Nya sebagai orang kecil-rendahan, miskin dan memohon belaskasih-Nya. Bapa surgawi tidak mampu untuk memanifestasikan diri-Nya kepada orang-orang sedemikian sebagaimana Dia sesungguhnya: Dia yang memberikan diri-Nya sendiri secara bebas dan independen dari kebaikan-kebaikanku sendiri.
Sebaliknya orang-orang kecil yang menyadari kemiskinan diri mereka adalah seperti bejana-bejana ke dalam mana Allah dapat mencurahkan kasih-Nya. Mereka menyerupai Putera Allah sendiri yang menerima dan secara terus-menerus menerima dari Bapa segala yang dimiliki-Nya dan keberadaan-Nya. Siapa saja yang memberi kepada orang-orang kecil ini adalah seorang agen dari Bapa surgawi dan membuat kasih-Nya dimanifestasikan.
ALLAH MEMBUAT DIRI-NYA BEGITU KECIL. Satu alasan lagi mengapa Yesus berpihak pada orang-orang kecil adalah bahwa dalam diri Putera-Nya, Yesus Kristus, Allah membuat diri-Nya kecil: “Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib” (Flp 2:5-8).
Kristus tidak berurusan dengan kita seturut keilahian-Nya yang memampukan diri-Nya. Dia tidak menunjukkan kepada kita betapa penuh kuat-kuasa diri-Nya untuk mempertobatkan kita – membuat kita berbalik kepada-Nya – sebaliknya Dia melayani kita dengan hidup-Nya sendiri. Dia memberikan hati-Nya sendiri kepada kita dan menantikan kita membuka hati bagi diri-Nya sebagai balasan dan membuat hati kita itu menjadi milik-Nya sendiri. Dalam diri-Nya Allah sendiri berdiri di hadapan kita sebagai seorang “yang paling dina” dan memberikan kepada kita kebebasan untuk memberikan cintakasih kita kepada-Nya atau menolak untuk memberikan cintakasih itu kepada-Nya. Dengan cara ini Putera Allah melihat diri-Nya sendiri dicerminkan dalam setiap orang kecil-miskin di dunia.
Karena Kristus menempatkan diri-Nya di pihak orang-orang kecil dan tidak berarti di mata dunia, kita harus bertanya apakah kita sendiri pun senantiasa berupaya harus memilih tempat paling akhir. Mengapa? Karena itulah tempat di mana kita dapat berjumpa dengan Yesus! Dan di tempat itu pula kita akan berjumpa dengan saudari dan saudara-Nya yang paling kecil.His
Cilandak, 14 Maret 2013
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS