PARA FRANSISKAN SEKULAR DIPANGGIL UNTUK HIDUP SUCI *)
Oh betapa bahagia dan terberkatilah mereka itu, pria mau pun wanita, apabila hal-hal itu mereka lakukan dan terus lakukan dengan tekun; karena Roh Tuhan akan tinggal pada mereka (bdk. Yes 11:12) dan akan memasang tempat tinggal dan kediaman-Nya pada mereka (bdk. Yoh 14:23); maka mereka menjadi anak-anak Bapa Surgawi (bdk. Mat 5:45), yang karya-karya-Nya mereka laksanakan; dan menjadi mempelai, saudara dan ibu Tuhan kita Yesus Kristus (bdk. Mat 12:50). [Petikan dari Pembukaan AD OFS]
Dalam semangat Fransiskan kita mengenal Yesus seperti Fransiskus dari Assisi mengenal-Nya. Dengan demikian kita harus mengidentifikasikan diri dengan Yesus seperti Dia memenuhi kehendak Bapa-Nya, teristimewa dalam dalam hal kemiskinan-Nya dan kerendahan hati-Nya. Prosedur yang dipaparkan dalam AD OFS merupakan jalan kita menuju kesempurnaan Kristiani.
APA YANG DIKATAKAN KITAB SUCI?
2. Kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia yang telah memanggil kita oleh kuasa-Nya yang mulia dan ajaib. Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia (2Ptr 1:3-4).
3. Sebab Akulah TUHAN, Allahmu, maka haruslah kamu menguduskan dirimu dan haruslah kamu kudus, sebab Aku ini kudus, dan janganlah kamu menajiskan dirimu ……… Sebab Akulah TUHAN yang telah menuntun kamu keluar dari tanah Mesir, supaya menjadi Allahmu; jadilah kudus, sebab Aku ini kudus (Im 11:44-45).
4. TUHAN berfirman kepada Musa: “Berbicaralah kepada segenap jemaah Israel dan katakan kepada mereka: Kuduslah kamu, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, kudus…” (Im 19:2).
5. Maka kamu harus menguduskan dirimu, dan kuduslah kamu, sebab Akulah TUHAN, Allahmu. Demikianlah kamu harus berpegang pada ketetapan-Ku dan melakukannya; Akulah TUHAN yang menguduskan kamu (Im 20:7-8).
6. Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain; sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, perbuatlah juga demikian. Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil dalam satu tubuh. Dan bersyukurlah (Kol 3:12-15).
7. Karena inilah kehendak Allah: Pengudusanmu, ……… Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus (1Tes 4:4.7).
8. Sebab di dalam Dia (Kristus) Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya (Ef 1:4).
9. Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah (Mat 5:8).
10. … bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibarui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya (Ef 4:22-24).
APA YANG DIKATAKAN SANTO FRANSISKUS?
Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Amin. Demi cintakasih yang adalah Allah, dan dengan kerelaan untuk mencium kakimu, aku Saudara Fransiskus, hambamu yang dina ini, meminta dan memohon dengan sangat kepada kamu, agar firman Tuhan kita Yesus Kristus ini, dan yang lainnya, kamu terima dengan rendah hati dan penuh kasih, serta kamu laksanakan dan kamu tepati. Semua orang, laki-laki maupun perempuan, yang menerimanya dengan rela, mengindahkannya dan mengirimkan salinannya kepada orang lain, kalau mereka bertekun di dalamnya hingga akhir, semoga diberkati oleh Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Amin. (2SurBerim 86-88)
AJARAN GEREJA:
Para pengikut Kristus dipanggil oleh Allah bukan berdasarkan perbuatan mereka, melainkan berdasarkan rencana dan rahmat-Nya. Mereka dibenarkan dalam Tuhan Yesus, dan dalam baptis iman sungguh-sungguh dijadikan anak-anak Allah dan ikut-serta dalam kodrat ilahi, maka sungguh menjadi suci. Maka dengan bantuan Allah mereka wajib mempertahankan dan mengembangkan dalam hidup mereka kesucian yang telah mereka terima ………
Jadi bagi semua jelaslah, bahwa semua orang kristiani, bagaimanapun juga status atau corak hidup mereka, dipanggil untuk mencapai kepenuhan hidup kristiani dan kesempurnaan cintakasih. Dengan kesucian itu juga dalam masyarakat di dunia ini cara hidup menjadi lebih manusiawi. Untuk memperoleh kesempurnaan itu hendaklah kaum beriman mengerahkan tenaga yang mereka terima menurut ukuran yang dikurniakan oleh Kristus, supaya dengan mengikuti jejak-Nya dan menyerupai citra-Nya, dengan melaksanakan kehendak Bapa dalam segalanya, mereka dengan segenap jiwa membaktikan diri kepada kemuliaan Allah dan pengabdian terhadap sesama (Konstitusi Dogmatis Lumen Gentium tentang Gereja, 40). Lihat juga Lumen Gentium, 42 dalam Lampiran I.
FOKUS FRANSISKAN:
Cara hidup Fransiskan Sekular terdapat dalam Fasal 2 AD OFS.
Artikel 4 – 8 menunjukkan bahwa panggilan Fransiskan itu secara kokoh berdasarkan kebersatuan kita dengan Kristus dan Gereja-Nya.
4. Kita harus menepati Injil Tuhan kita Yesus Kristus.
5. Kita harus berjumpa dengan Kristus dalam diri saudara-saudara dan saudari-saudari dalam Kitab Suci, di dalam Gereja-Nya dan tindakan-tindakan liturgisnya.
6. Kita harus menjadi alat-alat perutusan Gereja untuk mewartakan Kristus, dalam persekutuan yang penuh dengan Sri Paus, para uskup dan imam.
7. Kita harus mempersiapkan diri kita untuk pelayanan ini dengan suatu hidup pertobatan, yakni suatu perubahan batin radikal yang terus menerus, atau conversio.
8. Kita harus memperkenankan doa dan kontemplasi menjadi jiwa dari jati diri kita dan apa yang kita lakukan, serta berpartisipasi dalam hidup sakramental Gereja, khususnya Ekaristi dan dalam doa liturgisnya.
Artikel-artikel 9 – 14 mengungkapkan dimensi Fransiskan yang spesifik dari hidup Kristiani kita:
9. Hidup kita menyatu dengan Maria, Ibunda Yesus, sebagai contoh pertama seorang pribadi yang hidup bersama Kristus.
10. Hidup kita adalah hidup penyerahan diri kepada kehendak Bapa surgawi bagi kita, dalam rangka mengikuti ketaatan Yesus dalam kemiskinan dan penderitaan-Nya.
11. Hidup kita adalah hidup kesederhanaan dan kerendahan hati, yang menghindari segala macam peragaan kepemilikan dan kekuasaan, untuk mengidentifikasikan diri kita dengan gaya hidup Kristus sendiri.
12. Hidup kita adalah hidup kemurnian, sehingga hati kita bebas untuk mengasihi saudara-saudara dan saudari-saudari yang paling menjijikkan sekali pun, karena mereka telah ditebus oleh Kristus.
13. Seperti juga yang telah dilakukan Kristus, hidup kita adalah keterlibatan sebagai anggota komunitas yang terdiri dari semua orang, teristimewa dalam hal keikutsertaan dan solidaritas dengan kondisi kemanusiaan dari orang-orang miskin yang menderita secara fisik atau rohaniah.
14. Hidup kita adalah hidup pelayanan, dimana kita menggunakan waktu dan energi kita untuk kebaikan orang-orang lain, tanpa pamrih, kecuali demi Yesus, yang datang “bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani.”
Artikel-artikel 15 – 19 mengindikasikan pelayanan apostolik spesifik yang dituntut dari para Fransiskan.
15. Lewat inisiatif-inisiatif yang berani, kita dipanggil untuk tampil memajukan keadilan dalam masyarakat.
16. Kita dipanggil untuk menunjukkan bahwa kerja adalah suatu pelayanan bagi komunitas manusia dan suatu partisipasi dalam penciptaan dan penebusan kita.
17. Kita dipanggil, dalam hidup kekeluargaan kita, sebagai suatu tanda cintakasih Kristus kepada Gereja-Nya, memberikan kepada sesama kita sebuah contoh damai, kesetiaan kepada Allah dan suatu rasa hormat kepada kehidupan sebagai suatu anugerah dari Allah.
18. Kita dipanggil untuk memperlakukan semua makhluk, yang bernyawa maupun tidak bernyawa, sebagai ungkapan kebaikan Allah dan dalam tali persaudaraan yang bersifat timbal balik.
19. Kita dipanggil sebagai alat-alat damai Allah, membawa sukacita dan harapan dengan keharmonisan yang terbuka dan berintikan persaudaraan dengan semua orang.
PETIKAN DARI RIWAYAT HIDUP SANTO FRANSISKUS:
1. Legenda Maior. Sejak saat itu dia (Fransiskus) mulai menarik diri dari keramaian umum dan kesibukan dagang. Ia mohon dengan bakti kepada kerelaan Ilahi, agar Tuhan sudi menunjukkan apa yang harus dilakukannya. Karena doanya yang berulang-ulang, maka nyala api keinginannya akan hal-hal surgawi dalam dirinya berkembang semakin hebat dan demi cintanya akan tanah air surgawi dia pun semakin menghinakan segala barang duniawi sebagai bukan apa-apa. Dia merasa telah menemukan harta terpendam; dan sebagai pedagang yang bijak ia mulai merancangkan untuk memperoleh mutiara yang ditemukan itu dengan menjual segala-galanya. Namun hingga saat itu dia belum tahu, bagaimana dia mesti berbuat. Satu-satunya yang disarankan kepada budinya ialah bahwa usaha rohani harus dimulai dengan penghinaan dunia dan bahwa pengabdian kepada Kristus selaku ksatria harus diawali dengan mengalahkan diri sendiri (LegMaj I:4; terjemahan Pater Y. Wahyosudibyo, OFM).
2. Legenda Maior. Nah, amat banyak orang dikobar-kobarkan hatinya oleh kehangatan khotbahnya, lalu mewajibkan diri kepada peraturan-peraturan baru pertobatan seturut tata-hidup yang diberikan oleh hamba Allah (Fransiskus). Maka hamba Kristus (Fransiskus) memutuskan untuk menamakan cara hidup itu Ordo Saudara-saudara Pertobatan. Tentu saja karena ternyata benar, bahwa jalan pertobatan itu umum bagi semua orang yang hendak mengarah kerajaan surga; maka dengan sendirinya Ordo tersebut terbuka untuk rohaniwan dan awam, untuk bujangan dan orang yang telah kawin, baik pria dan wanita. Betapa layaknya mereka itu dalam pandangan Allah ternyatalah dari banyaknya mujizat yang dilakukan oleh beberapa orang dari antara mereka itu (LegMaj IV:6; terjemahan Pater Y. Wahyosudibyo, OFM).
3. 1Celano. Setelah berubah dalam batin, tetapi tidak secara badaniah, maka dia (Fransiskus) menolak ke Apulia. Dia berusaha menyelaraskan kehendaknya dengan kehendak Ilahi. Maka dia mengundurkan diri sejenak dari kesibukan duniawi dan dagang; dan ia berusaha keras untuk meresapkan Yesus Kristus dalam hatinya. Bagaikan pedagang yang arif ia menyembunyikan mutiara yang diketemukannya terhadap mata para pengolok-olok; dan dengan diam-diam ia berikhtiar memperolehnya dengan menjual segala-galanya. Adapun di kota Assisi ada seorang pria, yang lebih disayanginya daripada siapapun juga, karena dia sebaya dengannya. Hubungan mesra terus-menerus dan kasih sayang antara mereka berdua memberinya keberanian untuk membicarakan rahasia-rahasianya dengan dia. Sering kali dia dibawanya ke tempat terpencil, yang cocok untuk bertukar pikiran. Dinyatakannya, bahwa dia telah menemukan harta yang besar dan mulia. Teman itu amat bersukacita atasnya; dan penuh prihatn atas apa yang didengarnya dia dengan suka hati pergi bersama dengannya, setiap kali diminta. Di dekat kota ada sebuah goa. Seringkali mereka pergi ke sana dan membicarakan perihal harta itu. Lalu hamba Allah itu (Fransiskus), – memang ia adalah suci karena maksudnya yang suci, – masuk ke dalam gua, sementara temannya menunggu di luar. Dan dicurahi dengan roh yang baru dan istimewa Fransiskus berdoa dengan hangat kepada Bapa di tempat yang tersembunyi itu. Dia berkeras hati, jangan sampai seorang pun mengetahui apa yang dilakukannya dalam gua itu. Dengan mengemukakan harta sebagai alasan, maka yang lebih baik disembunyikannya dengan arifnya; dan mengenai rencananya yang suci, dia mohon petunjuk kepada Allah semata-mata. Dengan penuh pasrah ia mohon, supaya Allah yang kekal dan benar menentukan arah jalan hidupnya, dan mengajarnya untuk menjalankan kehendak-nya. Derita batin yang amat berat ditanggungnya dan ia tidak dapat menemukan ketenangan, sampai dia memenuhi dengan perbuatan apa yang direncanakannya dalam hatinya. Berbagai-bagai pikiran yang bertentangan satu sama lain timbul dalam hatinya dan karena menentunya, sangat menggelisahkan hatinya. Dalam batin ia bernyala-nyala karena api Ilahi, dan pancaran nyala batiniah tidak dapat disembunyikannya. Ia menyesal, telah berbuat dosa begitu berat dan telah menghina mata hadirat Allah; dan dosa-dosa di masa lampau dan di masa sekarang sudah tidak membawa kenikmatan lagi kepadanya; tetapi dia belum sanggup menaruh kepercayaan akan dapat menahan itu di masa yang akan datang. Karena itu jika dia keluar dan kembali lagi kepada temannya, maka dia begitu lelahnya, sehingga dia kelihatan lain bila dia masuk dan lain lagi bila dia keluar (1Cel 6; terjemahan Pater J. Wahjasudibja, OFM).
BACAAN DARI AD OFS:
Dari Pembukaan:
Semua orang yang mencintai Tuhan dengan segenap hati, dengan segenap jiwa dan akal budi, dengan segala kekuatan (bdk. Mrk 12:30) dan mencintai sesamanya seperti dirinya sendiri (bdk. Mat 22:39) serta membenci tubuh mereka dengan cacat dan dosa-dosanya, dan menyambut Tubuh dan Darah Tuhan kita Yesus Kristus serta menghasilkan buah-buah pertobatan yang pantas:
Oh betapa bahagia dan terberkatilah mereka itu, pria maupun wanita, apabila hal-hal itu mereka lakukan dan terus lakukan dengan tekun; karena Roh Tuhan akan tinggal pada mereka (bdk. Yes 11:12) dan akan memasang tempat tinggal dan kediaman-Nya pada mereka (bdk. Yoh 14:23); maka mereka menjadi anak-anak Bapa surgawi (bdk. Mat 5:45), yang karya-karya-Nya mereka laksanakan; dan menjadi mempelai, saudara dan ibu Tuhan kita Yesus Kristus (bdk. Mat 12:50).
Kita menjadi mempelai-Nya bila jiwa yang setia disatukan dengan Tuhan kita Yesus Kristus oleh Roh Kudus. Kita menjadi saudara-Nya, bila kita melaksanakan kehendak Bapa yang ada di surga (bdk. Mat 12:50).
Kita menjadi ibu-Nya, bila kita mengandung Dia di dalam hati dan tubuh kita (bdk. 1Kor 6:20) karena cinta ilahi dan karena suara hati yang murni dan jernih; kita melahirkan Dia melalui karya suci, yang harus bercahaya bagi orang lain sebagai contoh (bdk. Mat 5:16).
PERTANYAAN-PERTANYAAN UNTUK SHARING KELOMPOK:
1. Konstitusi Umum OFS Bab I Artikel 1 berbunyi sebagai berikut: “Semua orang beriman dipanggil kepada kekudusan, dan mempunyai hak untuk mengikuti jalan kerohaniannya sendiri dalam persekutuan dengan Gereja.” Dengan melihat pengalaman anda sendiri, bagaimana saudara/saudari mau menjelaskan butir pertama dalam Konstitusi Umum OFS ini? Bagi anda, apakah kiranya yang dimaksudkan dengan “dipanggil kepada kekudusan” ?
2. Bagi anda, apakah makna menjadi seorang “Kristiani” ?
3. Apa artinya menjadi menjadi seorang anggota Gereja Katolik Roma?
4. Gambaran-gambaran apa saja yang anda gunakan dalam memerikan (menggambarkan /menjelaskan) “Gereja” ? Mengapa?
5. Menurut pandangan anda, apakah perbedaan para Fransiskan dengan orang-orang Kristiani lainnya?
6. Apakah anda merasa telah memiliki semangat Fransiskan, bahkan sebelum bergabung dengan Persaudaraan OFS? Kalau begitu halnya, mengapa anda bergabung?
7. Mengapa anda tertarik dengan cara hidup Fransiskan dibandingkan dengan cara hidup ordo ketiga lainnya, seperti ordo ketiga Karmelit dan lain sebagainya?
SELAMA SATU BULAN MENDATANG, BACALAH, RENUNGKANLAH DAN/ATAU DOAKANLAH SECARA PRIBADI BAHAN-BAHAN BERIKUT:
Petikan-petikan Kitab Suci di atas (kalau perlu keseluruhan perikopnya); Mat 5:3-12 (Sabda [Ucapan] Bahagia); Mat 5:43-48 (Mengasihi Musuh); Luk 6:27-38 (Mengasihi Musuh dan hal Menghakimi); Mrk 12:28-34 (Hukum yang Terutama);
1. Lumen Gentium (Konstitusi Dogmatis tentang Gereja), 21 November 1964; Bab Lima “Panggilan Umum untuk Kesucian dalam Gereja”, 39 – 42.
2. Katekismus Gereja Katolik, artikel-artikel 1-3, 55,122-124, 161, 169, 1949-2029.
3. Bagaimana (a) tujuh sakramen Gereja, (b) tiga keutamaan teologal (1Kor 13:1-13), (c) tujuh karunia Roh Kudus (Puji Syukur No. 93 dan Yes 11:2-3), (d) dua unsur Hukum yang Terutama (Puji Syukur No. 3; Mrk 12:30-31), (e) Sabda (Ucapan) Bahagia (Puji Syukur No. 5; Mat 5: 3-12), (f) Sepuluh Perintah Allah (Puji Syukur No. 6; Kel 20:1-17; bdk. Ul 5:1-21) dan (g) buah-buah Roh Kudus (Gal 5:22-23; Yoh 15:7.11.12; 2Ptr 5-8), semuanya dapat cocok satu sama lain?
4. Doa Santo Fransiskus di depan Salib. Pada masa awal perkenalan ini, setiap hari panjatkanlah doa berikut ini, agar anda dapat mengenali kehendak Allah, apakah memang anda dipanggil sebagai seorang Fransiskan Sekular: “Allah yang mahatinggi dan penuh kemuliaan, terangilah kegelapan hatiku dan berilah aku iman yang benar, pengharapan yang teguh, dan kasih yang sempurna; Berilah aku, ya Tuhan, perasaan yang peka dan budi yang cerah, agar aku mampu melaksanakan perintah-Mu yang kudus dan takkan menyesatkan. Amin.”
SUMBER:
1. Santo Bonaventura, Riwayat Hidup St. Fransiskus (Kisah Besar) [Legenda Maior], Jakarta: Sekafi, 1990 (terjemahan oleh Pater Y. Wahyosudibyo, OFM).
2. Thomas dari Celano, St. Fransiskus dari Asisi (Riwayat Hidup yang Pertama & Riwayat Hidup yang Kedua [sebagian], Jakarta: Sekafi, 1981 (terjemahan oleh Pater J. Wahjasudibja, OFM).
3. Father Cornelio Mota Ramos, OFM et al., The Rule of the Secular Franciscan Order with a Catechism and Instructions, Chicago, IL: Franciscan Herald Press, 1981.
4. Father Benet A. Fonck, OFM, Fully Mature with Fullness of Christ – An Initial Formation Program for Secular Franciscans Modeled on the Structure of the Rite of Christian Initiation of Adults [RCIA], 3rd Edition, Chicago IL: Franciscan Province of the Sacred Heart, 1995.
5. Anggaran Dasar dan Cara Hidup Ordo Fransiskan Awam, Jakarta: Sekafi, 1988.
6. LUMEN GENTIUM – Konstitusi Dogmatis tentang Gereja, Jakarta: Dokpen KWI, 1990 (terjemahan oleh Romo Hardawiryana, SJ).
7. KARYA-KARYA FRANSISKUS DARI ASISI, Jakarta: Sekafi, 2001 (Terjemahan, Pengantar dan Catatan oleh Mgr. Leo Laba Ladjar, OFM).
LAMPIRAN I
JALAN DAN UPAYA KESUCIAN (LG 42)
“Allah itu kasih, dan barangsiapa tetap berada dalam kasih, ia tinggal dalam Allah dan Allah dalam dia” (1Yoh 4:16). Adapun Allah mencurahkan cinta kasih-Nya ke dalam hati kita melalui Roh Kudus yang dikurniakan kepada kita (lihat Rm 5:5). Maka dari itu kurnia yang pertama dan paling perlu yakni cinta kasih, yang membuat kita mencintai Allah melampaui segalanya dan mengasihi sesama demi Dia. Akan tetapi, supaya cinta kasih bagaikan benih yang baik bertunas dalam jiwa dan menghasilkan buah, setiap orang beriman wajib mendengarkan sabda Allah dengan suka hati, dan dengan bantuan rahmat-Nya, dengan tindakan nyata melaksanakan kehendak-Nya. Ia wajib sering menerima sakramen-sakramen, terutama Ekaristi, dan ikut serta dalam perayaan liturgi, pun juga dengan tabah berdoa, mengingkari diri, melayani sesama secara aktif, dan mengamalkan segala keutamaan. Sebab cinta kasih, sebagai pengikat kesempurnaan dan kepenuhan hukum (lihat Kol 3:14; Rm 13:10), mengarahkan dan menjiwai semua upaya kesucian, dan membawanya sampai ke tujuannya. Maka cinta kasih akan Allah maupun akan sesama merupakan ciri murid Kristus yang sejati.
Yesus, Putera Allah, telah menyatakan cinta kasih-Nya dengan menyerahkan nyawa-Nya bagi kita. Maka tidak seorang pun mempunyai cinta kasih yang lebih besar daripada dia yang merelakan nyawanya untuk Dia dan untuk saudara-saudaranya (lihat 1Yoh 3:16; Yoh 15:13). Sudah sejak masa permulaan ada orang-orang Kristiani yang telah dipanggil, dan selalu masih akan ada yang dipanggil, untuk memberi kesaksian cinta kasih yang tertinggi itu di hadapan semua orang, khususnya di muka para penganiaya. Maka Gereja memandang sebagai kurnia luar biasa dan bukti cinta kasih tertinggi kematian sebagai martir, yang menjadikan murid serupa dengan Guru yang dengan rela menerima wafat-Nya demi keselamatan dunia, serupa dengan Dia dalam menumpahkan darah. Meskipun hanya sedikit yang diberi, namun semua harus siap-sedia mengakui Kristus di muka orang-orang, dan mengikuti-Nya menempuh jalan salib di tengah penganiayaan, yang selalu saja menimpa Gereja.
Kesucian Gereja secara istimewa dipupuk pula dengan aneka macam nasehat, yang oleh Tuhan dalam Injil disampaikan kepada para murid-Nya untuk dilaksanakan. Di antaranya sangat menonjol kurnia luhur rahmat ilahi, yang oleh Bapa dianugerahkan kepada beberapa orang (lihat Mat 19:11; 1Kor 7:7), yakni supaya dalam keperawanan atau selibat mereka lebih mudah membaktikan diri seutuhnya kepada Allah, dengan hati tak terbagi (lihat 1Kor 7:32-34). Tarak sempurna demi Kerajaan surga itu dalam Gereja selalu dihargai secara istimewa, sebagai tanda dan dorongan cinta kasih, dan sebagai suatu sumber kesuburan rohani yang luar biasa di dunia.
Gereja juga tetap mengingat anjuran Rasul, yang mengundang kaum beriman untuk mengamalkan cinta kasih, dan mendorong mereka supaya menaruh perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, “yang telah mengosongkan diri-Nya dan mengenakan rupa seorang hamba, …… dan menjadi taat sampai mati” (Flp 2:7-8), lagi pula demi kita “menjadi miskin, meskipun Ia kaya” (2Kor 8:9). Perlulah bahwa cinta kasih dan kerendahan hati Kristus itu senantiasa diteladan dan diberi kesaksian oleh para murid. Maka Bunda Gereja bergembira, bahwa dalam pangkuannya terdapat banyak pria dan wanita, yang mengikuti dari dekat dan memperlihatkan lebih jelas pengosongan diri Sang Penyelamat, dengan menerima kemiskinan dalam kebebasan anak-anak Allah serta mengingkari keinginan-keinginan mereka sendiri. Mereka itulah, yang demi Allah tunduk kepada seorang manusia dalam mengejar kesempurnaan melampaui apa yang diwajibkan, untuk lebih menyerupai Kristus yang taat.
Maka semua orang beriman Kristiani diajak dan memang wajib mengejar kesucian dan kesempurnaan status hidup mereka. Oleh karena itu hendaklah semua memperhatikan, agar mereka mengarahkan keinginan-keinginan hati dengan tepat, supaya mereka dalam mengejar cinta kasih yang sempurna jangan dirintangi karena menggunakan hal-hal duniawi dan melekat pada kekayaan melawan semangat kemiskinan menurut Injil. Itulah maksud nasihat Rasul: Orang yang menggunakan barang dunia ini jangan sampai berhenti di situ: sebab berlalulah dunia seperti yang kita kenal sekarang (lihat 1Kor 7:31).
DEUS MEUS ET OMNIA
*) Disusun oleh Sdr. F.X. Indrapradja OFS sebagai bahan pengajaran dan diskusi pada pertemuan Persaudaraan OFS Santo Felix dari Cantalice, Bandung pada hari Kamis, tanggal 11 Maret 2010. Catatan tentang Santo Felix dari Cantalice (Lampiran II) dicopot karena akan dimasukkan sebagai tulisan tersendiri.
Perbaikan terakhir dilakukan oleh Sdr. F.X. Indrapradja, OFS pada tanggal 22 Februari 2013.