Jakarta, 31 Maret 2013
Saudari dan Saudara yang dikasihi Kristus,
Apakah sebenarnya pesan Hari Minggu Paskah? Tidak lain tidak bukan, adalah kebenaran bahwa Allah yang Mahakuasa dan kekal, Dia satu-satunya yang baik, sumber segala kebaikan, berada di pihak kita! Inilah kabar baik Paskah. Melalui salib Kristus, Allah telah menghancurkan kuasa Iblis dan membebaskan kita dari keterikatan pada dosa dan maut. Yesus Kristus telah menang! Ia telah bangkit! Ia telah mengalahkan segalanya yang dapat memisahkan diri kita dari Allah.
Apakah yang yang diminta oleh Allah dari kita untuk karunia yang sedemikian besar ini? Hanya satu yang diminta oleh-Nya, yaitu bahwa kita percaya akan kebangkitan Yesus dari antara orang mati. Sungguh sederhana. Allah meminta kita untuk mendasarkan hidup kita pada kasih-Nya dan kuat-kuasa-Nya dan memelihara semua itu dalam pusat pikiran dan hati kita. Allah berjanji bahwa selagi kita melakukannya, pesan penyelamatan akan memenuhi diri kita dengan penuh kepastian.
Santo Augustinus dari Hippo [354-430] mengatakan, “Iman orang-orang Kristiani adalah kebangkitan Yesus.” Setiap orang menerima bahwa Yesus mengalami kematian. Juga merupakan kenyataan sejarah bahwa Yesus dari Nazaret dihukum mati. Akan tetapi tidak semua orang percaya bahwa Dia dibangkitkan dari alam maut. Oleh karena itu, iman umat Kristiani adalah kebangkitan Yesus. Bilamana kita mempermaklumkan kebangkitan Yesus, pada saat yang sama kita juga mempermaklumkan bahwa Dia mati untuk dosa-dosa kita. Tidak ada kebangkitan tanpa didahului oleh kematian!
Iman akan kebangkitan Yesus diungkapkan oleh Santo Fransiskus dari Assisi dalam IBADAT SENGSARA TUHAN (IbSeng), Mazmur IX: (1) Nyanyikanlah lagu baru baru bagi Tuhan* sebab Ia telah melakukan perbuatan-perbuatan ajaib. (2) Ia telah mengurbankan Putera-Nya yang terkasih dengan tangan kanan-Nya* dan dengan lengan-Nya yang kudus. (3) Tuhan telah memaklumkan penyelamatan-Nya,* telah menyatakan keadilan-Nya di depan mata bangsa-bangsa. (4) Pada hari itu Tuhan mengerahkan kasih setia-Nya* dan malam hari aku menyanyikan nyanyian bagi-Nya. (5) Inilah hari yang dijadikan Tuhan,* marilah kita bersorak-sorai dan bersuka-cita karenanya. (6) Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan,* Tuhanlah Allah, Dia menerangi kita. (7) Biarlah langit bersukacita dan bumi bersorak-sorai, biarlah laut serta isinya bergemuruh* biarlah beria-ria padang dan segala yang ada di atasnya. (8) Sampaikanlah kepada Tuhan, hai suku-suku bangsa, sampaikanlah kepada Tuhan kemuliaan dan hormat,* sampaikanlah kepada Tuhan kemuliaan nama-Nya. (IbSeng Mzm IX:1-8; diucapkan dari hari Minggu Kebangkitan sampai hari Kenaikan, setiap hari pada semua waktu ibadat, kecuali ibadat vesperae, ibadat completorium dan ibadat prima).
Kebesaran atau keagungan kematian Yesus bukanlah terletak pada fakta bahwa Dia mati, melainkan bahwa Dia mati untuk menebus dosa-dosa kita. Sekali kita percaya akan kebangkitan Yesus, ada satu langkah yang harus kita ambil. Kita harus menemukan “kuasa” dari kebangkitan Yesus. Jadi, kita tidak berhenti hanya pada fakta kebangkitan itu sendiri.
Ketika Maria Magdalena berjumpa dengan Tuhan Yesus yang sudah bangkit, langsung saja ia berseru, “Rabuni!”, lalu dia pun diutus oleh Yesus untuk memberitakan kabar baik kepada para murid lainnya (Yoh 20:16-18). Pada hari yang sama Yesus menyatakan diri-Nya kepada dua orang murid yang sedang dalam perjalanan dari Yerusalem menuju Emaus, dan setelah mengenali Yesus lewat pemecahan roti (Ekaristi), rasa lelah mereka hilang dan mereka pun kembali ke Yerusalem untuk memberitakan kabar baik kepada para murid lain (Luk 24:33-34).
Pada suatu malam Yesus menampakkan diri kepada para murid-Nya yang sedang berkumpul dalam sebuah tempat dengan pintu-pintu terkunci karena mereka takut kepada para penguasa Yahudi. Kata-kata pertama yang diucapkan Yesus adalah: “Damai sejahtera bagi kamu” (Yoh 20:19). Yesus menunjukkan tangan-Nya dan lambung-Nya kepada mereka, dan murid-murid pun bersukacita ketika melihat Tuhan. Lalu Yesus berkata sekali lagi: “Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu” (Yoh 20:21). Rasul Tomas tidak ada pada malam itu. Ketika para murid lainnya menceritakan kepada Tomas, bahwa mereka telah Tuhan, kita semua sudah tahu apa jawabannya (lihat Yoh 20:25).
Delapan hari kemudian Yesus muncul lagi di tengah para murid-Nya. Kali ini Tomas ada bersama mereka. Setelah menyaksikan sendiri Yesus dan luka-luka-Nya, Tomas berkata: “Ya Tuhanku dan Allahku!” (Yoh 20:28). Inilah aklamasi yang kita serukan dengan suara perlahan-lahan pada saat Hosti Kudus dan Piala darah-Nya diangkat ketika konsekrasi/ Doa Syukur Agung. Seperti dikatakan-Nya kepada Tomas, Yesus juga ingin mengatakan kepada kita semua: “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya” (Yoh 20:29). Kita juga tidak melihat Yesus, namun kita percaya kepada-Nya dan percaya bahwa Dia menyertai kita senantiasa sampai akhir zaman (Mat 28:20). Dengan demikian kita pun telah menerima berkat yang mempunyai kuasa untuk membuka pikiran kita, membuat hati kita berkobar-kobar bagi Yesus, dan untuk mentransformasikan diri kita menjadi murid-murid-Nya yang sejati – seperti yang terjadi 2.000 tahun lalu.
Janji Paskah adalah, bahwa bilamana kuasa kebangkitan Yesus menyentuh diri kita, maka kuasa itu akan merestorasi diri kita masing-masing. Hal itulah yang terjadi dengan rasul Tomas, Maria Magdalena, dua orang murid yang berjalan menuju Emaus, Santo Paulus, Santo Fransiskus dari Assisi, Santa Klara dari Assisi, Santa Elisabet dari Hungaria, Santo Ludovikus IX, Santo Ignatius dari Loyola, Santo Fransiskus Xaverius, Santo Thomas More, Beata Bunda Teresa dari Kalkuta, dan tak terbilang banyaknya umat Allah ...... dari abad ke abad. Kita senantiasa harus berdoa agar dapat juga dapat disentuh oleh kuasa kebangkitan Yesus itu.
Dalam masa Paskah yang mulai kita jalani hari ini, marilah kita semua menaruh pengharapan kita pada kuasa kebangkitan Yesus. Kita percaya, bahwa karena ketekunan kita yang penuh kerendahan hati, kita pun akan melihat bahwa Yesus bekerja dalam diri kita masing – memenuhi diri kita dengan kuat-kuasa ilahi untuk mengasihi Dia dan menjadi kudus mengikuti para pendahulu kita.
Sebagai penutup, baiklah kita mendengar dengan penuh iman apa yang dikatakan oleh Santo Petrus yang telah dipenuhi Roh Kudus di hadapan Mahkamah Agama: “Yesus adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan – yaitu kamu sendiri – namun Ia telah menjadi batu penjuru (Kis 4:11; bdk. Mzm 118:22). Tidak ada keselamatan di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan” (Kis 4:12). Bapak Serafik kita percaya bahwa Yesus adalah satu-satunya Juruselamatnya. Demikian pulalah kiranya dengan kita, para anak rohaninya.
Saudari dan Saudara sekalian, Selamat Paskah !!!!!
Salam persaudaraan,
DEWAN REDAKSI SITUS OFS INDONESIA
Saudari dan Saudara yang dikasihi Kristus,
Apakah sebenarnya pesan Hari Minggu Paskah? Tidak lain tidak bukan, adalah kebenaran bahwa Allah yang Mahakuasa dan kekal, Dia satu-satunya yang baik, sumber segala kebaikan, berada di pihak kita! Inilah kabar baik Paskah. Melalui salib Kristus, Allah telah menghancurkan kuasa Iblis dan membebaskan kita dari keterikatan pada dosa dan maut. Yesus Kristus telah menang! Ia telah bangkit! Ia telah mengalahkan segalanya yang dapat memisahkan diri kita dari Allah.
Apakah yang yang diminta oleh Allah dari kita untuk karunia yang sedemikian besar ini? Hanya satu yang diminta oleh-Nya, yaitu bahwa kita percaya akan kebangkitan Yesus dari antara orang mati. Sungguh sederhana. Allah meminta kita untuk mendasarkan hidup kita pada kasih-Nya dan kuat-kuasa-Nya dan memelihara semua itu dalam pusat pikiran dan hati kita. Allah berjanji bahwa selagi kita melakukannya, pesan penyelamatan akan memenuhi diri kita dengan penuh kepastian.
Santo Augustinus dari Hippo [354-430] mengatakan, “Iman orang-orang Kristiani adalah kebangkitan Yesus.” Setiap orang menerima bahwa Yesus mengalami kematian. Juga merupakan kenyataan sejarah bahwa Yesus dari Nazaret dihukum mati. Akan tetapi tidak semua orang percaya bahwa Dia dibangkitkan dari alam maut. Oleh karena itu, iman umat Kristiani adalah kebangkitan Yesus. Bilamana kita mempermaklumkan kebangkitan Yesus, pada saat yang sama kita juga mempermaklumkan bahwa Dia mati untuk dosa-dosa kita. Tidak ada kebangkitan tanpa didahului oleh kematian!
Iman akan kebangkitan Yesus diungkapkan oleh Santo Fransiskus dari Assisi dalam IBADAT SENGSARA TUHAN (IbSeng), Mazmur IX: (1) Nyanyikanlah lagu baru baru bagi Tuhan* sebab Ia telah melakukan perbuatan-perbuatan ajaib. (2) Ia telah mengurbankan Putera-Nya yang terkasih dengan tangan kanan-Nya* dan dengan lengan-Nya yang kudus. (3) Tuhan telah memaklumkan penyelamatan-Nya,* telah menyatakan keadilan-Nya di depan mata bangsa-bangsa. (4) Pada hari itu Tuhan mengerahkan kasih setia-Nya* dan malam hari aku menyanyikan nyanyian bagi-Nya. (5) Inilah hari yang dijadikan Tuhan,* marilah kita bersorak-sorai dan bersuka-cita karenanya. (6) Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan,* Tuhanlah Allah, Dia menerangi kita. (7) Biarlah langit bersukacita dan bumi bersorak-sorai, biarlah laut serta isinya bergemuruh* biarlah beria-ria padang dan segala yang ada di atasnya. (8) Sampaikanlah kepada Tuhan, hai suku-suku bangsa, sampaikanlah kepada Tuhan kemuliaan dan hormat,* sampaikanlah kepada Tuhan kemuliaan nama-Nya. (IbSeng Mzm IX:1-8; diucapkan dari hari Minggu Kebangkitan sampai hari Kenaikan, setiap hari pada semua waktu ibadat, kecuali ibadat vesperae, ibadat completorium dan ibadat prima).
Kebesaran atau keagungan kematian Yesus bukanlah terletak pada fakta bahwa Dia mati, melainkan bahwa Dia mati untuk menebus dosa-dosa kita. Sekali kita percaya akan kebangkitan Yesus, ada satu langkah yang harus kita ambil. Kita harus menemukan “kuasa” dari kebangkitan Yesus. Jadi, kita tidak berhenti hanya pada fakta kebangkitan itu sendiri.
Ketika Maria Magdalena berjumpa dengan Tuhan Yesus yang sudah bangkit, langsung saja ia berseru, “Rabuni!”, lalu dia pun diutus oleh Yesus untuk memberitakan kabar baik kepada para murid lainnya (Yoh 20:16-18). Pada hari yang sama Yesus menyatakan diri-Nya kepada dua orang murid yang sedang dalam perjalanan dari Yerusalem menuju Emaus, dan setelah mengenali Yesus lewat pemecahan roti (Ekaristi), rasa lelah mereka hilang dan mereka pun kembali ke Yerusalem untuk memberitakan kabar baik kepada para murid lain (Luk 24:33-34).
Pada suatu malam Yesus menampakkan diri kepada para murid-Nya yang sedang berkumpul dalam sebuah tempat dengan pintu-pintu terkunci karena mereka takut kepada para penguasa Yahudi. Kata-kata pertama yang diucapkan Yesus adalah: “Damai sejahtera bagi kamu” (Yoh 20:19). Yesus menunjukkan tangan-Nya dan lambung-Nya kepada mereka, dan murid-murid pun bersukacita ketika melihat Tuhan. Lalu Yesus berkata sekali lagi: “Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu” (Yoh 20:21). Rasul Tomas tidak ada pada malam itu. Ketika para murid lainnya menceritakan kepada Tomas, bahwa mereka telah Tuhan, kita semua sudah tahu apa jawabannya (lihat Yoh 20:25).
Delapan hari kemudian Yesus muncul lagi di tengah para murid-Nya. Kali ini Tomas ada bersama mereka. Setelah menyaksikan sendiri Yesus dan luka-luka-Nya, Tomas berkata: “Ya Tuhanku dan Allahku!” (Yoh 20:28). Inilah aklamasi yang kita serukan dengan suara perlahan-lahan pada saat Hosti Kudus dan Piala darah-Nya diangkat ketika konsekrasi/ Doa Syukur Agung. Seperti dikatakan-Nya kepada Tomas, Yesus juga ingin mengatakan kepada kita semua: “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya” (Yoh 20:29). Kita juga tidak melihat Yesus, namun kita percaya kepada-Nya dan percaya bahwa Dia menyertai kita senantiasa sampai akhir zaman (Mat 28:20). Dengan demikian kita pun telah menerima berkat yang mempunyai kuasa untuk membuka pikiran kita, membuat hati kita berkobar-kobar bagi Yesus, dan untuk mentransformasikan diri kita menjadi murid-murid-Nya yang sejati – seperti yang terjadi 2.000 tahun lalu.
Janji Paskah adalah, bahwa bilamana kuasa kebangkitan Yesus menyentuh diri kita, maka kuasa itu akan merestorasi diri kita masing-masing. Hal itulah yang terjadi dengan rasul Tomas, Maria Magdalena, dua orang murid yang berjalan menuju Emaus, Santo Paulus, Santo Fransiskus dari Assisi, Santa Klara dari Assisi, Santa Elisabet dari Hungaria, Santo Ludovikus IX, Santo Ignatius dari Loyola, Santo Fransiskus Xaverius, Santo Thomas More, Beata Bunda Teresa dari Kalkuta, dan tak terbilang banyaknya umat Allah ...... dari abad ke abad. Kita senantiasa harus berdoa agar dapat juga dapat disentuh oleh kuasa kebangkitan Yesus itu.
Dalam masa Paskah yang mulai kita jalani hari ini, marilah kita semua menaruh pengharapan kita pada kuasa kebangkitan Yesus. Kita percaya, bahwa karena ketekunan kita yang penuh kerendahan hati, kita pun akan melihat bahwa Yesus bekerja dalam diri kita masing – memenuhi diri kita dengan kuat-kuasa ilahi untuk mengasihi Dia dan menjadi kudus mengikuti para pendahulu kita.
Sebagai penutup, baiklah kita mendengar dengan penuh iman apa yang dikatakan oleh Santo Petrus yang telah dipenuhi Roh Kudus di hadapan Mahkamah Agama: “Yesus adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan – yaitu kamu sendiri – namun Ia telah menjadi batu penjuru (Kis 4:11; bdk. Mzm 118:22). Tidak ada keselamatan di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan” (Kis 4:12). Bapak Serafik kita percaya bahwa Yesus adalah satu-satunya Juruselamatnya. Demikian pulalah kiranya dengan kita, para anak rohaninya.
Saudari dan Saudara sekalian, Selamat Paskah !!!!!
Salam persaudaraan,
DEWAN REDAKSI SITUS OFS INDONESIA