Artikel 4 mengungkapkan, bahwa seorang Fransiskan sekular yang dihidupi dengan semangat Fransiskus, mengetahui dan mengalami Tuhan Yesus secara intens, mengikat dirinya sendiri dengan pribadi Kristus. Selagi proses ini berkembang, sang Fransiskan sekular mencari Diri Kristus yang hidup dan aktif di segala lapisan kehidupan, yaitu di dalam kegiatan liturgis (terutama Ekaristi), Kitab Suci, Gereja dan pribadi-pribadi. Karena persatuan kurban dengan Kristus dalam Ekaristi merupakan pengalaman yang paling intens dan menyeluruh dalam kaitan dengan kehadiran nyata Kristus, maka perayaan ini menjadi pertemuan kunci seperti telah dipolakan oleh Fransiskus sendiri.
MENCARI DIRI KRISTUS *)
AD OFS FASAL II ARTIKEL 5:
Franciscani saecularis, ergo, in fratribus, in Sacra Scriptura, in Ecclesia ac in liturgicis actionibus viventem operantemque Christi personam inquirant. Fides S. Francisci, qui haec verba dictavit: “Nihil video corporaliter in hoc saeculo de ipso altissimo Filio Dei nisi sanctissimum corpus et sanguinem suum” sit pro eis inspiratio ac via eorum vitae eucharisticae (LATIN).
Secular Franciscans, therefore, should seek to encounter the living and active person of Christ in their brothers and sisters, in Sacred Sripture, in the Church, and in liturgical activity. The faith of Saint Francis, who often said “I see nothing bodily of the Most High Son of God in this world except his most holy body and blood,” should be the inspiration and pattern of their eucharistic life (INGGRIS).
Oleh karena itu, hendaklah para anggota Ordo Fransiskan Sekular mencari Diri Kristus, yang hidup dan berkarya di dalam para saudara-saudari, di dalam Kitab Suci, di dalam Gereja dan di dalam perayaan-perayaan liturgis. Inspirasi mereka dan pedoman penghayatannya terhadap Ekaristi hendaknya iman kepercayaan Fransiskus yang pernah berkata “Dari Putera Allah yang mahatinggi sendiri tidak kulihat sesuatu pun secara badaniah di dunia ini selain Tubuh dan Darah-Nya yang mahakudus” (INDONESIA).
IKHTISAR
Artikel 4 mengungkapkan, bahwa seorang Fransiskan sekular yang dihidupi dengan semangat Fransiskus, mengetahui dan mengalami Tuhan Yesus secara intens, mengikat dirinya sendiri dengan pribadi Kristus. Selagi proses ini berkembang, sang Fransiskan sekular mencari Diri Kristus yang hidup dan aktif di segala lapisan kehidupan, yaitu di dalam kegiatan liturgis (terutama Ekaristi), Kitab Suci, Gereja dan pribadi-pribadi. Karena persatuan kurban dengan Kristus dalam Ekaristi merupakan pengalaman yang paling intens dan menyeluruh dalam kaitan dengan kehadiran nyata Kristus, maka perayaan ini menjadi pertemuan kunci seperti telah dipolakan oleh Fransiskus sendiri.
DIRI KRISTUS YANG HIDUP DAN BERKARYA
Dengan nasihat ini AD OFS hampir-hampir hendak memaksa seorang Fransiskan sekular untuk meniru dan mencontoh perilaku batiniah dari Santo Fransiskus yang biasa melihat pribadi Yesus di mana saja: dalam pepohonan, dalam bunga-bunga, dalam anak-anak domba, dalam cacing-cacing, dalam air, dalam bebatuan dan di atas segalanya seperti terbukti dalam Saudara-saudari, dalam Kitab Suci dan dalam Liturgi.
Bagian dari AD OFS ini harus sungguh kita hargai, sebab Yesus sendiri mengajarkan kita untuk mengenali Diri-Nya yang hidup dan aktif dalam diri Saudara-saudari (sesama) kita. Yesus memperingati kita dengan perumpamaan-Nya tentang Penghakiman Terakhir (Mat 25:31-46), bahwa pada hari terakhir kita masing-masing akan dihakimi sesuai dengan cara bagaimana kita telah memperlakukan Saudara-saudari (sesama) kita, apakah sesama itu pasangan hidup kita, anak-anak kita atau orang-orang lain (barangkali tak dikenal) yang pernah berjumpa dengan kita masing-masing.
Menurut Pater M.C. Marpaung OFMCap., acuan pertama teks adalah kepada Inkarnasi. Kristus, yaitu “Sang Sabda yang menjadi daging” tetap berada di dalam dunia. Dia hadir dalam diri para Saudara-saudari, di dalam Kitab Suci, di dalam Gereja dan di dalam Liturgi. Kata keterangan hidup dan aktif (dalam teks Indonesia disebut berkarya) menunjuk kepada kehadiran-Nya yang terus-menerus di dalam empat ruang lingkup yang disebutkan tadi. Inkarnasi-Nyalah yang membuat pertemuan dengan pribadi Kristus di dalam empat ruang lingkup itu menjadi mungkin. Pertemuan itu sendiri bersifat personal dan dinamik, menghasilkan sutu relasi yang aktif dan hidup.
DI MANA ANGGOTA OFS HARUS MENCARI DIRI KRISTUS?
Digerakkan oleh Roh Kudus, para Fransiskan sekular harus mencari Diri Kristus:
· Di dalam pribadi-pribadi orang yang adalah Saudara dan Saudari karena mereka adalah anak-anak dari Bapa yang sama. Para Fransiskan sekular harus dengan penuh kemurahan hati menawarkan jasa pelayanan kepada mereka dan bekerja bersama mereka dalam membangun suatu persaudaraan universal.
· Di dalam Kitab Suci yang pengarang utamanya adalah Allah sendiri. Kitab Suci memuat Sabda-Nya yang terus hidup dan hadir.
· Di dalam Gereja yang Kudus, yaitu Gereja yang didirikan oleh Yesus Kristus dan dibantu oleh Roh Kudus guna menjadi sarana dan tanda keselamatan bagi segenap umat manusia.
· Di dalam kegiatan liturgis di mana Imam utama atau Minister utamanya adalah Kristus sendiri. Kegiatan liturgis menghadirkan kembali misteri-misteri kematian dan kebangkitan Yesus Kristus dan membuat kita menjadi peserta-peserta.
· Pribadi Kristus harus dicari – di atas segalanya – dalam Ekaristi yang seperti juga semua sakramen memberi rahmat dan sesungguhnya menghadirkan Tuhan kita Yesus Kristus.
· Akhirnya Kristus harus dilihat dalam ciptaan, dalam kegiatan kita sehari-hari dan dalam fenomena (gejala-gejala) alam.
URAIAN PENJELASAN
Kalau kata kunci dalam Artikel 4 adalah Injil, maka dalam Artikel 5 kata kuncinya adalah Yesus.
Yesus dalam diri saudara-saudari. Yesus telah mengidentifikasikan diri-Nya dengan setiap orang-orang, teristimewa mereka yang hina-dina, kecil, miskin dan lain sebagainya (lihat Mat 25:31-46). Hal ini akan menginspirasikan usaha spesial tanpa henti untuk bertemu dengan Dia yang akan kita lihat dalam diri orang-orang lain. Sejarah menunjukkan betapa banyak pribadi, lembaga sosial dan komunitas religius yang melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan yang diinspirasikan oleh visi seperti ini, yaitu bahwa Yesus dapat ditemui dalam diri sesama. Dalam hal tafsir arti “Saudara-saudari”, Pater M.C. Marpaung berpendapat lain. Menurutnya “Saudara-saudari” dalam Artikel 5 ini tidak secara langsung menunjuk kepada orang-orang di luar Persaudaraan. Jadi yang dimaksudkan dengan “Saudara-saudari” di sini adalah mereka dalam lingkup persaudaraan. Ia mendukung tafsirannya ini dengan menunjuk kepada Artikel 13 yang berbicara dengan jelas mengenai kehadiran Kristus dalam diri orang-orang lain.
Yesus dalam Kitab Suci. Hal ini sudah disinggung dalam tulisan mengenai Artikel 4, yaitu dalam tulisan dengan kode: AD OFS/FXI/2008/05 dengan judul: MENEPATI INJIL TUHAN KITA YESUS KRISTUS. Thomas dari Celano menulis, bahwa Fransiskus memiliki pengetahuan yang luarbiasa tentang Kitab Suci:
Pada suatu waktu ketika dia (Fransiskus) sedang sakit dan menderita di sekujur tubuhnya, seorang saudara berkata kepadanya: “Bapak, engkau selalu mencari perlindungan dalam Kitab Suci, dan Kitab Suci selalu mengobati sakit Bapak. Saya mohon sekarang agar Bapak pun membaca salah satu bacaan dari kitab para nabi, dan mungkin dengan demikian roh Bapak akan bersukacita dalam Tuhan.” Orang kudus ini berkata kepada sang saudara: “Memang baik untuk membaca kesaksian-kesaksian Kitab Suci, dan adalah baik untuk mencari Tuhan Allah kita dalam Kitab Suci. Akan tetapi saya sudah begitu banyak menekuni Kitab Suci sehingga lebih dari cukuplah bagi saya untuk memeditasikan dan merefleksikannya. Saya tidak butuh lebih banyak lagi, hai anakku; saya kenal Kristus, yang miskin dan tersalib” (2Cel 105; terjemahan bebas dari teks dalam bahasa Inggris).
Pembacaan Kitab Suci bukanlah seperti sebuah latihan yang bersifat intelektual, tetapi sebagai sebuah sarana untuk bertemu dengan Pribadi Kristus sendiri. Dalam relasi sedemikian dengan Diri Kristus, Kitab Suci bukanlah “huruf mati”, melainkan Sabda/Firman yang hidup. Kalau dipahami dalam artian ini, maka Kitab Suci sungguh sepenuhnya memuat Injil atau “Kabar Baik”. Pada waktu melakukan meditasi atau studi Kitab Suci, baiklah kita berdoa semoga Tuhan menjelaskan kepada kita arti dari Kitab Suci, seperti yang telah dilakukan-Nya kepada dua orang murid yang sedang di tengah perjalanan ke Emaus (lihat Luk 24:13-35).
Yesus dalam Gereja. Kristus telah mendirikan Gereja dan melalui Roh Kudus-Nya, Dia hadir di dalamnya. Gereja disebut sebanyak 10 (sepuluh) kali dalam AD OFS dan dikembangkan secara lebih terinci dalam Artikel 6. Kristus hadir di dalam Gereja yang adalah Tubuh-Nya. Aspek tertinggi Gereja adalah kenyataannya sebagai “Tubuh Kristus”. Kepada para buruh dan orang-orang kelas bawah di pelabuhan Korintus, Paulus berani menjelaskan: “Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya (1Kor 12:27). Kita menjadi Kristus! Dalam kesempatan lain Paulus menulis: “…… namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku” (Gal 2:20). Sayangnya, begitu sering kita menghadirkan diri kita kepada sesama sedemikian rupa sehingga gambaran Kristus dalam diri kita mengalami distorsi. Panggilan kita sebagai Fransiskan sekular adalah panggilan yang indah dan agung, bersifat transformatif dan penuh tantangan.
Yesus dalam Liturgi. Konsili Vatikan II menyatakan:
…… Kristus selalu mendampingi Gereja-Nya, terutama dalam kegiatan-kegiatan liturgis. Ia hadir dalam Korban Misa, baik dalam pribadi pelayan, karena yang sekarang mempersembahkan diri melalui pelayanan imam sama saja dengan Dia yang ketika itu mengorbankan Diri di kayu salib, maupun terutama dalam (kedua) rupa Ekaristi. Dengan kekuatan-Nya Ia hadir dalam Sakramen-sakramen sedemikian rupa, sehingga bila ada orang yang membaptis, Kristus sendirilah yang membaptis. Ia hadir dalam sabda-Nya, sebab Ia sendiri bersabda bila Kitab Suci dibacakan dalam Gereja. Akhirnya Ia hadir, sementara Gereja memohon dan bermazmur, karena Ia sendiri berjanji: Bila dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situlah Aku berada di antara mereka (Mat 18:20).
Memang sungguh, dalam karya seagung itu, saat Allah dimuliakan secara sempurna dan manusia dikuduskan, Kristus selalu menggabungkan Gereja, Mempelai-Nya yang amat terkasih, dengan diri-Nya, Gereja yang berseru kepada Tuhan-nya dan melalui Dia berbakti kepada Bapa yang kekal.
Maka memang sewajarnya juga Liturgi dipandang bagaikan pelaksanaan tugas imamat Yesus Kristus; di situ pengudusan manusia dilambangkan dengan tanda-tanda lahir serta dilaksanakan dengan cara yang khas bagi masing-masing; di situ pula dilaksanakan ibadat umum yang seutuhnya oleh Tubuh mistik Yesus Kristus, yakni Kepala beserta para anggota-Nya.
Oleh karena itu setiap perayaan liturgis, sebagai karya Kristus sang Imam serta Tubuh-Nya yakni Gereja, merupakan kegiatan suci yang sangat istimewa. Tidak ada tindakan Gereja lainnya yang menandingi daya dampaknya dengan dasar yang sama serta dalam tingkatan yang sama (Konstitusi Sacrosanctum Concilium tentang Liturgi Suci (SC), 7).
Dari “doa-doa liturgis” yang banyak itu, marilah kita mengingat selalu “Ibadat Harian”. Ibadat Harian ini baik sekali kalau dapat didoakan dalam kelompok. Berkaitan dengan ini kita pun dituntut untuk menjadi familiar dengan Penanggalan Liturgi.
Yesus dalam Kehidupan Ekaristi. Kehidupan sakramental Gereja, terutama Sakramen Ekaristi dibahas lebih lanjut dalam Artikel 8. “Mencari Diri Kristus dalam Ekaristi” secara khusus dikemukakan dalam Artikel 5 ini, di mana kita diajak untuk meneladan Fransiskus yang melihat “Tubuh” dan “Darah” Kristus di dalam Ekaristi. “Tubuh” dan “Darah” Kristus di dalam Ekaristi merupakan acuan-acuan eksplisit kepada Diri Kristus. “Kehidupan Ekaristi” sebagai pengungkapan iman-kepercayaan Santo Fransiskus terlihat nyata dalam surat-suratnya, petuahnya dan dalam pelbagai riwayat hidupnya. Sang Kekasih yang telah ditemuinya secara pribadi, dalam iman dilihatnya dalam diri para saudara, dalam Kitab Suci, dalam Gereja dan dalam Liturgi. Namun semua itu berkulminasi dalam devosinya kepada Ekaristi.
Bagaimana dengan kita? Kalau dimungkinkan, pertemuan bulanan OFS diusahakan untuk berpusat pada perayaan Ekaristi, karena Ekaristi adalah “sumber dan puncak hidup Kristiani” (Konstitusi Dogmatis Lumen Gentium tentang Gereja, 11) dan kegiatan paling sempurna di mana kita dapat berpartisipasi. Kebersatuan kita dengan Kristus dalam Ekaristi membawa kita kepada persekutuan (Latin: Communio; Yunani: Koinonia) dan persatuan di antara umat. Dalam perayaan Ekaristi, Kristus mengumpulkan saudara dan saudarinya sebagai satu Tubuh dan membangun Gereja.
IMAN KEPERCAYAAN SANTO FRANSISKUS DARI ASSISI
Menemukan Pribadi atau Diri Kristus yang hidup dan aktif di dalam diri semua manusia merupakan usaha yang memerlukan iman-kepercayaan besar. Misalnya, sungguh tidak mudahlah bagi kita masing-masing untuk sampai berhasil melihat wajah Yesus di dalam diri seorang penjahat. Sulit memang, tetapi dengan demikian bukanlah berarti perspektif yang dimaksudkan Allah dapat diubah atau digeser. Perspektif tersebut harus selalu menjadi ukuran dan norma bagi perilaku kita, seperti juga bagi Santo Fransiskus.
Konsili Vatikan II mengajarkan kepada kita:
“Hanya dalam cahaya iman dan berkat renungan sabda Allah manusia dapat selalu dan di mana-mana mengenal Allah, – ‘kita hidup dan bergerak dan berada’ dalam Dia (Kis 17:28), – dalam segala peristiwa mencari kehendak-Nya, memandang Kristus dalam semua orang, entah mereka termasuk kaum kerabat entah tidak …” (Dekrit Apostolicam Actuositatem tentang Kerasulan Awam, 4).
Hanya dengan iman-kepercayaan ini saja kita dapat berharap untuk menjadi orang Kristiani yang sejati seperti Santo Fransiskus, seorang kudus yang hidup dalam tanah iman dan dalam iman-kepercayaan yang setara dengan iman-kepercayaan Abraham, sampai-sampai dia mendiktekan kata-kata berikut ini di dalam wasiat-nya: “…… aku sekali-kali tidak melihat Putera Allah yang Mahatinggi itu secara jasmaniah, selain tubuh dan darah-Nya yang mahakudus ……” (Was 10).
Teks AD OFS ini juga menyarankan di sini suatu acuan kepada Ekaristi. Seorang Fransiskan sekular didesak untuk memusatkan visi kehidupan dan perilakunya pada keindahan dan kebesaran misteri ini, meskipun sebenarnya subyek Ekaristi akan kembali muncul di dalam Artikel 8. Acuan yang dibuat sungguh-sungguh mengandaikan di tempat ini suatu arti yang sangat tepat, yaitu bahwa iman-kepercayaan di dalam Yesus, Putera Allah, yang hidup dan aktif di dalam diri sesama terkait erat dengan misteri agung ini. Kehadiran Kristus di dalam Ekaristi menyatukan segalanya sedemikian rupa, sehingga kita dapat menegaskan bahwa Gereja dibuat di dalam Ekaristi, Gereja terealisasikan sepenuhnya dalam sebuah pertemuan umat di dalam mana Ekaristi itu dirayakan; dan melalui Misteri Ekaristi itu banyak orang menjadi satu dengan Kristus, yang hidup dan berkarya di dalam segala sesuatu.
CATATAN AKHIR
AD OFS Fasal 2, Artikel 4 dan 5 menekankan Sentralitas Diri Kristus, baik dalam kehidupan sosial maupun kehidupan spiritual para Fransiskan sekular. Hal itu dapat disamakan dengan kesentralan Injil dalam kehidupan mereka.
Tujuan utama kehidupan Injili yang merupakan panggilan para Fransiskan sekular adalah, berupaya terus untuk bertemu dengan Diri Kristus di dalam diri sesama Saudara-saudari , baik dalam maupun di luar persaudaraan, dalam pembacaan Kitab Suci, dalam kehidupan di dalam Gereja dan di dalam perayaan-perayaan liturgis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anggaran Dasar Ordo Fransiskan Sekular.
2. Thomas dari Celano (terjemahan P. J. Wahjasudibja OFM), ST. FRANSISKUS DARI ASISI – RIWAYAT HIDUP YANG PERTAMA & RIWAYAT HIDUP YANG KEDUA (SEBAGIAN), Jakarta: SEKAFI, 1981.
3. Thomas of Celano, THE REMEMBRANCE OF THE DESIRE OF A SOUL (THE SECOND LIFE OF SAINT FRANCIS), dalam Regis J. Amstrong OFMCap., J.A. Wayne Hellmann OFMConv. & William J. Short OFM (Editors), FRANCIS OF ASSISI – EARLY DOCUMENTS, VOLUME II: THE FOUNDER, New York, NY: New City Press, 2000.
4. Vincenzo Frezza OFMCap., THE GOSPEL WAY OF LIFE (Judul asli: L’Evangelica Forma di Vita, terjemahan ke dalam bahasa Inggris oleh P. Vincent Lobo OFMCap.), Manila, Philippines: National Spiritual Assistants – Secular Franciscan Order, 1980.
5. Benet A. Fonck OFM, CALLED TO FOLLOW CHRIST – COMMENTARY ON THE SECULAR FRANCISCAN RULE BY THE NATIONAL ASSISTANTS’ COMMENTARY COMMISSION, Quincy, Illinois: Franciscan Press, 1997.
6. DOKUMEN KONSILI VATIKAN II (terjemahan R. Hardawiryana SJ), Jakarta: Dokumentasi dan Penerangan KWI/Obor, 1993.
7. Sdr. Frans Indrapradja OFS, Memorandum No. Min/08/97 tanggal 23 April 1997 perihal: OFS BERUSAHA MENGHAYATI HIDUP INJILI (4).
8. Leo Laba Ladjar OFM (Penerjemah, Pemberi Pengantar dan Catatan), KARYA-KARYA FRANSISKUS DARI ASISI, Jakarta: SEKAFI, 2001 (Cetakan Pertama setelah pembaruan tahun 2001).
9. Manangar Christoforus Marpaung OFMCap., THE PERSON OF CHRIST IN THE NEW RULE (1978) AND CONSTITUTIONS (1990) OF THE SECULAR FRANCISCAN ORDER, Roma: Pontificum Athenaeum Antonianum, 1994.
10.Cornelio Mota Ramos OFM & Zachary Grant OFMCap., THE RULE OF THE SECULAR FRANCISCAN ORDER WITH A CATECHISM AND INSTRUCTIONS, Chicago, Illinois: Franciscan Herald Press, 1981.
*) Disusun oleh Sdr. F.X. Indrapradja OFS, sebagai bahan pembinaan anggota Ordo Fransiskan Sekular. Jakarta, hari Peringatan Santo S. Nikolaus Tavelic, Imam dan Martir dkk., 14 November 2008.
AD OFS FASAL II ARTIKEL 5:
Franciscani saecularis, ergo, in fratribus, in Sacra Scriptura, in Ecclesia ac in liturgicis actionibus viventem operantemque Christi personam inquirant. Fides S. Francisci, qui haec verba dictavit: “Nihil video corporaliter in hoc saeculo de ipso altissimo Filio Dei nisi sanctissimum corpus et sanguinem suum” sit pro eis inspiratio ac via eorum vitae eucharisticae (LATIN).
Secular Franciscans, therefore, should seek to encounter the living and active person of Christ in their brothers and sisters, in Sacred Sripture, in the Church, and in liturgical activity. The faith of Saint Francis, who often said “I see nothing bodily of the Most High Son of God in this world except his most holy body and blood,” should be the inspiration and pattern of their eucharistic life (INGGRIS).
Oleh karena itu, hendaklah para anggota Ordo Fransiskan Sekular mencari Diri Kristus, yang hidup dan berkarya di dalam para saudara-saudari, di dalam Kitab Suci, di dalam Gereja dan di dalam perayaan-perayaan liturgis. Inspirasi mereka dan pedoman penghayatannya terhadap Ekaristi hendaknya iman kepercayaan Fransiskus yang pernah berkata “Dari Putera Allah yang mahatinggi sendiri tidak kulihat sesuatu pun secara badaniah di dunia ini selain Tubuh dan Darah-Nya yang mahakudus” (INDONESIA).
IKHTISAR
Artikel 4 mengungkapkan, bahwa seorang Fransiskan sekular yang dihidupi dengan semangat Fransiskus, mengetahui dan mengalami Tuhan Yesus secara intens, mengikat dirinya sendiri dengan pribadi Kristus. Selagi proses ini berkembang, sang Fransiskan sekular mencari Diri Kristus yang hidup dan aktif di segala lapisan kehidupan, yaitu di dalam kegiatan liturgis (terutama Ekaristi), Kitab Suci, Gereja dan pribadi-pribadi. Karena persatuan kurban dengan Kristus dalam Ekaristi merupakan pengalaman yang paling intens dan menyeluruh dalam kaitan dengan kehadiran nyata Kristus, maka perayaan ini menjadi pertemuan kunci seperti telah dipolakan oleh Fransiskus sendiri.
DIRI KRISTUS YANG HIDUP DAN BERKARYA
Dengan nasihat ini AD OFS hampir-hampir hendak memaksa seorang Fransiskan sekular untuk meniru dan mencontoh perilaku batiniah dari Santo Fransiskus yang biasa melihat pribadi Yesus di mana saja: dalam pepohonan, dalam bunga-bunga, dalam anak-anak domba, dalam cacing-cacing, dalam air, dalam bebatuan dan di atas segalanya seperti terbukti dalam Saudara-saudari, dalam Kitab Suci dan dalam Liturgi.
Bagian dari AD OFS ini harus sungguh kita hargai, sebab Yesus sendiri mengajarkan kita untuk mengenali Diri-Nya yang hidup dan aktif dalam diri Saudara-saudari (sesama) kita. Yesus memperingati kita dengan perumpamaan-Nya tentang Penghakiman Terakhir (Mat 25:31-46), bahwa pada hari terakhir kita masing-masing akan dihakimi sesuai dengan cara bagaimana kita telah memperlakukan Saudara-saudari (sesama) kita, apakah sesama itu pasangan hidup kita, anak-anak kita atau orang-orang lain (barangkali tak dikenal) yang pernah berjumpa dengan kita masing-masing.
Menurut Pater M.C. Marpaung OFMCap., acuan pertama teks adalah kepada Inkarnasi. Kristus, yaitu “Sang Sabda yang menjadi daging” tetap berada di dalam dunia. Dia hadir dalam diri para Saudara-saudari, di dalam Kitab Suci, di dalam Gereja dan di dalam Liturgi. Kata keterangan hidup dan aktif (dalam teks Indonesia disebut berkarya) menunjuk kepada kehadiran-Nya yang terus-menerus di dalam empat ruang lingkup yang disebutkan tadi. Inkarnasi-Nyalah yang membuat pertemuan dengan pribadi Kristus di dalam empat ruang lingkup itu menjadi mungkin. Pertemuan itu sendiri bersifat personal dan dinamik, menghasilkan sutu relasi yang aktif dan hidup.
DI MANA ANGGOTA OFS HARUS MENCARI DIRI KRISTUS?
Digerakkan oleh Roh Kudus, para Fransiskan sekular harus mencari Diri Kristus:
· Di dalam pribadi-pribadi orang yang adalah Saudara dan Saudari karena mereka adalah anak-anak dari Bapa yang sama. Para Fransiskan sekular harus dengan penuh kemurahan hati menawarkan jasa pelayanan kepada mereka dan bekerja bersama mereka dalam membangun suatu persaudaraan universal.
· Di dalam Kitab Suci yang pengarang utamanya adalah Allah sendiri. Kitab Suci memuat Sabda-Nya yang terus hidup dan hadir.
· Di dalam Gereja yang Kudus, yaitu Gereja yang didirikan oleh Yesus Kristus dan dibantu oleh Roh Kudus guna menjadi sarana dan tanda keselamatan bagi segenap umat manusia.
· Di dalam kegiatan liturgis di mana Imam utama atau Minister utamanya adalah Kristus sendiri. Kegiatan liturgis menghadirkan kembali misteri-misteri kematian dan kebangkitan Yesus Kristus dan membuat kita menjadi peserta-peserta.
· Pribadi Kristus harus dicari – di atas segalanya – dalam Ekaristi yang seperti juga semua sakramen memberi rahmat dan sesungguhnya menghadirkan Tuhan kita Yesus Kristus.
· Akhirnya Kristus harus dilihat dalam ciptaan, dalam kegiatan kita sehari-hari dan dalam fenomena (gejala-gejala) alam.
URAIAN PENJELASAN
Kalau kata kunci dalam Artikel 4 adalah Injil, maka dalam Artikel 5 kata kuncinya adalah Yesus.
Yesus dalam diri saudara-saudari. Yesus telah mengidentifikasikan diri-Nya dengan setiap orang-orang, teristimewa mereka yang hina-dina, kecil, miskin dan lain sebagainya (lihat Mat 25:31-46). Hal ini akan menginspirasikan usaha spesial tanpa henti untuk bertemu dengan Dia yang akan kita lihat dalam diri orang-orang lain. Sejarah menunjukkan betapa banyak pribadi, lembaga sosial dan komunitas religius yang melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan yang diinspirasikan oleh visi seperti ini, yaitu bahwa Yesus dapat ditemui dalam diri sesama. Dalam hal tafsir arti “Saudara-saudari”, Pater M.C. Marpaung berpendapat lain. Menurutnya “Saudara-saudari” dalam Artikel 5 ini tidak secara langsung menunjuk kepada orang-orang di luar Persaudaraan. Jadi yang dimaksudkan dengan “Saudara-saudari” di sini adalah mereka dalam lingkup persaudaraan. Ia mendukung tafsirannya ini dengan menunjuk kepada Artikel 13 yang berbicara dengan jelas mengenai kehadiran Kristus dalam diri orang-orang lain.
Yesus dalam Kitab Suci. Hal ini sudah disinggung dalam tulisan mengenai Artikel 4, yaitu dalam tulisan dengan kode: AD OFS/FXI/2008/05 dengan judul: MENEPATI INJIL TUHAN KITA YESUS KRISTUS. Thomas dari Celano menulis, bahwa Fransiskus memiliki pengetahuan yang luarbiasa tentang Kitab Suci:
Pada suatu waktu ketika dia (Fransiskus) sedang sakit dan menderita di sekujur tubuhnya, seorang saudara berkata kepadanya: “Bapak, engkau selalu mencari perlindungan dalam Kitab Suci, dan Kitab Suci selalu mengobati sakit Bapak. Saya mohon sekarang agar Bapak pun membaca salah satu bacaan dari kitab para nabi, dan mungkin dengan demikian roh Bapak akan bersukacita dalam Tuhan.” Orang kudus ini berkata kepada sang saudara: “Memang baik untuk membaca kesaksian-kesaksian Kitab Suci, dan adalah baik untuk mencari Tuhan Allah kita dalam Kitab Suci. Akan tetapi saya sudah begitu banyak menekuni Kitab Suci sehingga lebih dari cukuplah bagi saya untuk memeditasikan dan merefleksikannya. Saya tidak butuh lebih banyak lagi, hai anakku; saya kenal Kristus, yang miskin dan tersalib” (2Cel 105; terjemahan bebas dari teks dalam bahasa Inggris).
Pembacaan Kitab Suci bukanlah seperti sebuah latihan yang bersifat intelektual, tetapi sebagai sebuah sarana untuk bertemu dengan Pribadi Kristus sendiri. Dalam relasi sedemikian dengan Diri Kristus, Kitab Suci bukanlah “huruf mati”, melainkan Sabda/Firman yang hidup. Kalau dipahami dalam artian ini, maka Kitab Suci sungguh sepenuhnya memuat Injil atau “Kabar Baik”. Pada waktu melakukan meditasi atau studi Kitab Suci, baiklah kita berdoa semoga Tuhan menjelaskan kepada kita arti dari Kitab Suci, seperti yang telah dilakukan-Nya kepada dua orang murid yang sedang di tengah perjalanan ke Emaus (lihat Luk 24:13-35).
Yesus dalam Gereja. Kristus telah mendirikan Gereja dan melalui Roh Kudus-Nya, Dia hadir di dalamnya. Gereja disebut sebanyak 10 (sepuluh) kali dalam AD OFS dan dikembangkan secara lebih terinci dalam Artikel 6. Kristus hadir di dalam Gereja yang adalah Tubuh-Nya. Aspek tertinggi Gereja adalah kenyataannya sebagai “Tubuh Kristus”. Kepada para buruh dan orang-orang kelas bawah di pelabuhan Korintus, Paulus berani menjelaskan: “Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya (1Kor 12:27). Kita menjadi Kristus! Dalam kesempatan lain Paulus menulis: “…… namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku” (Gal 2:20). Sayangnya, begitu sering kita menghadirkan diri kita kepada sesama sedemikian rupa sehingga gambaran Kristus dalam diri kita mengalami distorsi. Panggilan kita sebagai Fransiskan sekular adalah panggilan yang indah dan agung, bersifat transformatif dan penuh tantangan.
Yesus dalam Liturgi. Konsili Vatikan II menyatakan:
…… Kristus selalu mendampingi Gereja-Nya, terutama dalam kegiatan-kegiatan liturgis. Ia hadir dalam Korban Misa, baik dalam pribadi pelayan, karena yang sekarang mempersembahkan diri melalui pelayanan imam sama saja dengan Dia yang ketika itu mengorbankan Diri di kayu salib, maupun terutama dalam (kedua) rupa Ekaristi. Dengan kekuatan-Nya Ia hadir dalam Sakramen-sakramen sedemikian rupa, sehingga bila ada orang yang membaptis, Kristus sendirilah yang membaptis. Ia hadir dalam sabda-Nya, sebab Ia sendiri bersabda bila Kitab Suci dibacakan dalam Gereja. Akhirnya Ia hadir, sementara Gereja memohon dan bermazmur, karena Ia sendiri berjanji: Bila dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situlah Aku berada di antara mereka (Mat 18:20).
Memang sungguh, dalam karya seagung itu, saat Allah dimuliakan secara sempurna dan manusia dikuduskan, Kristus selalu menggabungkan Gereja, Mempelai-Nya yang amat terkasih, dengan diri-Nya, Gereja yang berseru kepada Tuhan-nya dan melalui Dia berbakti kepada Bapa yang kekal.
Maka memang sewajarnya juga Liturgi dipandang bagaikan pelaksanaan tugas imamat Yesus Kristus; di situ pengudusan manusia dilambangkan dengan tanda-tanda lahir serta dilaksanakan dengan cara yang khas bagi masing-masing; di situ pula dilaksanakan ibadat umum yang seutuhnya oleh Tubuh mistik Yesus Kristus, yakni Kepala beserta para anggota-Nya.
Oleh karena itu setiap perayaan liturgis, sebagai karya Kristus sang Imam serta Tubuh-Nya yakni Gereja, merupakan kegiatan suci yang sangat istimewa. Tidak ada tindakan Gereja lainnya yang menandingi daya dampaknya dengan dasar yang sama serta dalam tingkatan yang sama (Konstitusi Sacrosanctum Concilium tentang Liturgi Suci (SC), 7).
Dari “doa-doa liturgis” yang banyak itu, marilah kita mengingat selalu “Ibadat Harian”. Ibadat Harian ini baik sekali kalau dapat didoakan dalam kelompok. Berkaitan dengan ini kita pun dituntut untuk menjadi familiar dengan Penanggalan Liturgi.
Yesus dalam Kehidupan Ekaristi. Kehidupan sakramental Gereja, terutama Sakramen Ekaristi dibahas lebih lanjut dalam Artikel 8. “Mencari Diri Kristus dalam Ekaristi” secara khusus dikemukakan dalam Artikel 5 ini, di mana kita diajak untuk meneladan Fransiskus yang melihat “Tubuh” dan “Darah” Kristus di dalam Ekaristi. “Tubuh” dan “Darah” Kristus di dalam Ekaristi merupakan acuan-acuan eksplisit kepada Diri Kristus. “Kehidupan Ekaristi” sebagai pengungkapan iman-kepercayaan Santo Fransiskus terlihat nyata dalam surat-suratnya, petuahnya dan dalam pelbagai riwayat hidupnya. Sang Kekasih yang telah ditemuinya secara pribadi, dalam iman dilihatnya dalam diri para saudara, dalam Kitab Suci, dalam Gereja dan dalam Liturgi. Namun semua itu berkulminasi dalam devosinya kepada Ekaristi.
Bagaimana dengan kita? Kalau dimungkinkan, pertemuan bulanan OFS diusahakan untuk berpusat pada perayaan Ekaristi, karena Ekaristi adalah “sumber dan puncak hidup Kristiani” (Konstitusi Dogmatis Lumen Gentium tentang Gereja, 11) dan kegiatan paling sempurna di mana kita dapat berpartisipasi. Kebersatuan kita dengan Kristus dalam Ekaristi membawa kita kepada persekutuan (Latin: Communio; Yunani: Koinonia) dan persatuan di antara umat. Dalam perayaan Ekaristi, Kristus mengumpulkan saudara dan saudarinya sebagai satu Tubuh dan membangun Gereja.
IMAN KEPERCAYAAN SANTO FRANSISKUS DARI ASSISI
Menemukan Pribadi atau Diri Kristus yang hidup dan aktif di dalam diri semua manusia merupakan usaha yang memerlukan iman-kepercayaan besar. Misalnya, sungguh tidak mudahlah bagi kita masing-masing untuk sampai berhasil melihat wajah Yesus di dalam diri seorang penjahat. Sulit memang, tetapi dengan demikian bukanlah berarti perspektif yang dimaksudkan Allah dapat diubah atau digeser. Perspektif tersebut harus selalu menjadi ukuran dan norma bagi perilaku kita, seperti juga bagi Santo Fransiskus.
Konsili Vatikan II mengajarkan kepada kita:
“Hanya dalam cahaya iman dan berkat renungan sabda Allah manusia dapat selalu dan di mana-mana mengenal Allah, – ‘kita hidup dan bergerak dan berada’ dalam Dia (Kis 17:28), – dalam segala peristiwa mencari kehendak-Nya, memandang Kristus dalam semua orang, entah mereka termasuk kaum kerabat entah tidak …” (Dekrit Apostolicam Actuositatem tentang Kerasulan Awam, 4).
Hanya dengan iman-kepercayaan ini saja kita dapat berharap untuk menjadi orang Kristiani yang sejati seperti Santo Fransiskus, seorang kudus yang hidup dalam tanah iman dan dalam iman-kepercayaan yang setara dengan iman-kepercayaan Abraham, sampai-sampai dia mendiktekan kata-kata berikut ini di dalam wasiat-nya: “…… aku sekali-kali tidak melihat Putera Allah yang Mahatinggi itu secara jasmaniah, selain tubuh dan darah-Nya yang mahakudus ……” (Was 10).
Teks AD OFS ini juga menyarankan di sini suatu acuan kepada Ekaristi. Seorang Fransiskan sekular didesak untuk memusatkan visi kehidupan dan perilakunya pada keindahan dan kebesaran misteri ini, meskipun sebenarnya subyek Ekaristi akan kembali muncul di dalam Artikel 8. Acuan yang dibuat sungguh-sungguh mengandaikan di tempat ini suatu arti yang sangat tepat, yaitu bahwa iman-kepercayaan di dalam Yesus, Putera Allah, yang hidup dan aktif di dalam diri sesama terkait erat dengan misteri agung ini. Kehadiran Kristus di dalam Ekaristi menyatukan segalanya sedemikian rupa, sehingga kita dapat menegaskan bahwa Gereja dibuat di dalam Ekaristi, Gereja terealisasikan sepenuhnya dalam sebuah pertemuan umat di dalam mana Ekaristi itu dirayakan; dan melalui Misteri Ekaristi itu banyak orang menjadi satu dengan Kristus, yang hidup dan berkarya di dalam segala sesuatu.
CATATAN AKHIR
AD OFS Fasal 2, Artikel 4 dan 5 menekankan Sentralitas Diri Kristus, baik dalam kehidupan sosial maupun kehidupan spiritual para Fransiskan sekular. Hal itu dapat disamakan dengan kesentralan Injil dalam kehidupan mereka.
Tujuan utama kehidupan Injili yang merupakan panggilan para Fransiskan sekular adalah, berupaya terus untuk bertemu dengan Diri Kristus di dalam diri sesama Saudara-saudari , baik dalam maupun di luar persaudaraan, dalam pembacaan Kitab Suci, dalam kehidupan di dalam Gereja dan di dalam perayaan-perayaan liturgis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anggaran Dasar Ordo Fransiskan Sekular.
2. Thomas dari Celano (terjemahan P. J. Wahjasudibja OFM), ST. FRANSISKUS DARI ASISI – RIWAYAT HIDUP YANG PERTAMA & RIWAYAT HIDUP YANG KEDUA (SEBAGIAN), Jakarta: SEKAFI, 1981.
3. Thomas of Celano, THE REMEMBRANCE OF THE DESIRE OF A SOUL (THE SECOND LIFE OF SAINT FRANCIS), dalam Regis J. Amstrong OFMCap., J.A. Wayne Hellmann OFMConv. & William J. Short OFM (Editors), FRANCIS OF ASSISI – EARLY DOCUMENTS, VOLUME II: THE FOUNDER, New York, NY: New City Press, 2000.
4. Vincenzo Frezza OFMCap., THE GOSPEL WAY OF LIFE (Judul asli: L’Evangelica Forma di Vita, terjemahan ke dalam bahasa Inggris oleh P. Vincent Lobo OFMCap.), Manila, Philippines: National Spiritual Assistants – Secular Franciscan Order, 1980.
5. Benet A. Fonck OFM, CALLED TO FOLLOW CHRIST – COMMENTARY ON THE SECULAR FRANCISCAN RULE BY THE NATIONAL ASSISTANTS’ COMMENTARY COMMISSION, Quincy, Illinois: Franciscan Press, 1997.
6. DOKUMEN KONSILI VATIKAN II (terjemahan R. Hardawiryana SJ), Jakarta: Dokumentasi dan Penerangan KWI/Obor, 1993.
7. Sdr. Frans Indrapradja OFS, Memorandum No. Min/08/97 tanggal 23 April 1997 perihal: OFS BERUSAHA MENGHAYATI HIDUP INJILI (4).
8. Leo Laba Ladjar OFM (Penerjemah, Pemberi Pengantar dan Catatan), KARYA-KARYA FRANSISKUS DARI ASISI, Jakarta: SEKAFI, 2001 (Cetakan Pertama setelah pembaruan tahun 2001).
9. Manangar Christoforus Marpaung OFMCap., THE PERSON OF CHRIST IN THE NEW RULE (1978) AND CONSTITUTIONS (1990) OF THE SECULAR FRANCISCAN ORDER, Roma: Pontificum Athenaeum Antonianum, 1994.
10.Cornelio Mota Ramos OFM & Zachary Grant OFMCap., THE RULE OF THE SECULAR FRANCISCAN ORDER WITH A CATECHISM AND INSTRUCTIONS, Chicago, Illinois: Franciscan Herald Press, 1981.
*) Disusun oleh Sdr. F.X. Indrapradja OFS, sebagai bahan pembinaan anggota Ordo Fransiskan Sekular. Jakarta, hari Peringatan Santo S. Nikolaus Tavelic, Imam dan Martir dkk., 14 November 2008.