Sdr. F.X. Indrapradja, OFS *)
Gereja kecil di Ars, negeri Perancis, begitu panas pada musim panas dan sangat dingin pada musim dingin. Namun orang-orang selalu berduyun-duyun datang ke desa itu, seakan-akan tanpa henti. Seringkali mereka menunggu berhari-hari lamanya dengan penuh kesabaran. Untuk apa? Untuk mendapat giliran masuk ke dalam kamar pengakuan. Pastor parokinya bernama Jean-Marie Baptiste Vianney. Imam praja ini biasanya sampai di gereja itu sekitar jam 1 atau 2 di pagi hari dengan membawa sebatang lilin bernyala, dan hal ini dilakukannya setiap hari. Setelah berdoa di depan altar, dia langsung mengambil tempatnya di kamar pengakuan dan mulai mendengarkan pengakuan dosa umat Katolik yang datang. Untuk pastor desa itu, kegiatannya pada suatu hari tertentu akan berlanjut dengan cara yang sama – sampai larut malam, dan dimulai lagi pada dinihari keesokan harinya. Para peziarah terus berdatangan, dan mereka semua ingin mengakukan dosa mereka masing-masing kepada sang Curé d’Ars (Pastor paroki dari Ars). Pada suatu hari Abbè Vianney pernah berkata, bahwa pada tahun bersangkutan saja telah bertobat 700 orang ‘pendosa kelas berat’.