Kematian Kristus mengakhiri keterikatan pada hukum lama. Walaupun hukum itu sendiri kudus, namun tidak membawa kehidupan; karena hukum itu mengungkapkan tugas-kewajiban untuk menghindari dosa tetapi tidak memberikan kuasa untuk melakukannya (lihat Rm 7:7-25). Dalam karya penebusan Kristus, Allah “meresmikan” hukum kasih dan rahmat yang baru. Perjanjian yang baru ini sungguh mengharuskan kekudusan yang lebih besar dari diri kita, namun karunia Roh Allah memungkinkan kita untuk melayani-Nya dengan sukacita dan kasih (lihat Rm 5:5;7:4).
0 Comments
Pada waktu kitab-kitab Injil ditulis, bagian terpanjang dari masing-masing Injil itu adalah kisah sengsara. Ekaristi, yang adalah tindakan liturgis sentral dari komunitas Kristiani, suatu kenangan akan kematian-Nya (lihat Luk 22:19-20). Sengsara dan kematian-Nya diungkapkan dalam devosi-devosi seperti “Jalan Salib” dan “Peristiwa-peristiwa Sedih” dalam doa rosario. Dalam buku kecilnya yang populer, Mengikuti Jejak Kristus, Thomas a Kempis menulis: “Di dalam salib itulah keselamatan, di dalam salib itulah kehidupan dan di dalam salib itulah perlindungan terhadap musuh-musuh kita!” (Buku II, Pasal XII, “Hal Keluhuran Jalan Salib Suci”, hal. 92 edisi bahasa Indonesia terbitan OBOR). Manusia Kristus Yesus ini, yang adalah Putera Allah sejati, adalah Dia yang satu-satunya Manusia yang dapat mempersembahkan kepada Bapa-Nya suatu kurban penebusan dosa umat manusia. Di sini kita dapat melihat kemahabesaran belas kasihan Allah untuk menyelamatkan umat manusia. Allah tidak hanya menyelamatkan kita, melainkan juga Dia memberikan keselamatan itu dengan cara yang penuh kemurahan hati, dan dengan cara penuh hormat terhadap kemanusiaan yang diselamatkan-Nya. Dalam Kristus, Allah Bapa memperkenankan seorang Manusia untuk membawakan kepada-Nya karunia-karunia yang pantas untuk keselamatan. |