Peringatan: 4 November
Pada tanggal 4 November, Gereja memperingati Santo Karolus Borromeus. Dalam tulisannya, Pater Marion A. Habig, OFM menyatakan, bahwa orang kudus ini dalam hidupnya pernah menjabat sebagai Kardinal Pelindung dari para Saudara Dina. Dia juga adalah seorang anggota Ordo Ketiga (Sekular) Santo Fransiskus. Ia adalah seorang pengikut Santo Fransiskus dari Assisi yang setia, seorang prelat seturut hati Santo Fransiskus, dan pantas untuk diakui, dihormati dan diteladani sebagai salah seorang kudus paling besar dari Ordo Ketiga (Sekular) Santo Fransiskus. Sebelum menjadi seorang klerus, dia selalu setia mengenakan jubah/ ‘seragam’ Ordo Ketiga, namun yang terutama adalah upayanya untuk meneladan hidup kemiskinan Santo Fransiskus dari Assisi. Dalam riwayat hidup orang kudus ini, penulisnya (Orsenigo) mengatakan bahwa Karolus “menjadi anggota Ordo Ketiga Santo Fransiskus, dia tidak hanya dengan setia mengenakan jubah ordo ketiga … namun di atas segalanya … dia mengambil kemiskinan Santo Fransiskus dari Assisi sebagai model kehidupannya.”
Karolus dilahirkan di dalam puri Arona pada tahun 1538. Ayahnya bernama Pangeran Gilbert Borromeo dan ibunya berasal dari keluarga Medici yang terkenal. Pamannya sendiri adalah Paus Pius IV [masa pontifikat 1559/60-1565]. Mungkin aneh kalau kita mendengar bahwa Karolus menerima tonsura dan ditunjuk menjadi abbas tituler – yang membuat dirinya berhak atas penghasilan yang besar – ketika dia baru berusia 12 tahun saja. Sepuluh tahun kemudian, sebelum dia ditahbiskan menjadi seorang imam, pamannya memanggilnya untuk datang ke Roma dan menjadikan dirinya administratur dari negara-negara Kepausan (Inggris: Papal States) dan juga Keuskupan Agung Milano, dan juga seorang kardinal. KKN? Ya! Namun demikian, Kardinal Borromeus, yang pada waktu itu baru berusia 22 tahun memang adalah seorang muda yang luarbiasa, yang dianugerahi Allah dengan berbagai karunia luarbiasa, baik dalam pemikiran maupun hati, sangat mendalam dalam spiritualitas, dan dengan sepenuh hati mengabdikan dirinya untuk kesejahteraan Gereja. Berkat upaya keras dan kepemimpinan kardinal muda ini maka Konsili Trento dapat dibuka kembali dan berhasil mengambil keputusan tiga tahun kemudian, yaitu pada tahun 1563. Pada tahun yang sama Karolus ditahbiskan sebagai seorang imam dan sebagai seorang uskup.
Keuskupan Agung Milano berada dalam suatu kondisi yang menyedihkan. Pada tahun 1565 Paus Pius IV mengikuti permintaan Kardinal Borromeus dan mengizinkannya pergi secara fisik ke Keuskupan Agungnya dan secara pribadi membereskan carut-marut yang ada di sana dan melaksanakan keputusan-keputusan Konsili Trento. Karolus tinggal di sana sampai akhir hayatnya, dan reformasi keuskupan agung Milano harus diakui sebagai karyanya yang besar. Sungguh menakjubkan melihat sang Kardinal yang tanpa mengenal lelah mengabdikan dirinya kepada kerjanya dan betapa besar hasil yang dicapainya.
Pada tahun 1569 ada percobaan pembunuhan atas dirinya. Selagi sang Kardinal khusyuk berdoa dengan posisi berlutut, tiba-tiba sebutir peluru menghantam dirinya, namun secara ajaib tidak melukainya. Segala kesulitan yang dihadapi sang Kardinal tidak mampu menghentikannya dalam bekerja merampungkan program-programnya. Tanpa mengenal lelah, Karolus secara tetap mengunjungi paroki-paroki di bawah keuskupan agungnya. Sang Kardinal juga mendirikan Konfraternitas Doktrin Kristiani untuk pengajaran yang layak bagi anak-anak. Ia memperhatikan supaya pelaksanaan liturgi suci dilakukan dengan pantas. Karolus juga mendirikan Oblat Santo Ambrosius agar supaya memimpin para imam kepada kekudusan pribadi. Kardinal Karolus Borromeus menyelenggarakan 5 sinode provinsi dan 11 sinode keuskupan.
Dari semua prestasinya, teladan kesucian hidupnyalah yang memberi kesan mendalam bagi umatnya dan memberikan hasil terbaik, sebuah contoh baik dari praktek “LEADERSHIP BY EXAMPLE”. Karolus Borromeus sungguh merupakan seorang anggota teladan dari Ordo Ketiga (Sekular) Santo Fransiskus, seorang anak sejati Santo Fransiskus. Karolus membagi-bagikan sebagian besar penghasilannya untuk tujuan karitatif, menahan dirinya dari kemewahan dan melakukan hidup pertobatan secara keras. Dia mengorbankan kekayaan, hidup penuh kemuliaan, kehormatan dan pengaruhnya di bidang sosial-politik ……… untuk menjadi miskin, hidup seperti Yesus dan Fransiskus serta para murid Yesus yang sejati. Jubahnya sungguh “tidak layak”, bahkan di mata para pengemis sekalipun. Ia adalah seorang yang rendah hati dan dengan hati-hati menyembunyikan pekerjaan-pekerjaan baiknya, hidup pertobatannya, dan devosi-devosi pribadinya dengan maksud agar orang-orang tidak memuji-mujinya. Sebagai seorang romo kardinal, Karolus tidak ragu-ragu sedikit pun untuk mencuci piring, mengunjungi rumah-rumah yang paling kumuh dan kotor, dan untuk mengajar seorang miskin sambil duduk berdua di pinggir jalan.
Selama wabah dan kelaparan di tahun 1576, dia berupaya untuk memberi makan-minum 60.000 sampai 70.000 orang setiap hari. Untuk ini dia meminjam uang dalam jumlah yang besar, yang kiranya memerlukan bertahun-tahun untuk pembayaran kembalinya. Pada puncak wabah, para anggota otoritas sipil melarikan diri dari TKP demi keselamatan diri mereka sendiri. Tidak demikian halnya dengan Karolus, dia tetap berada di kota melayani orang-orang sakit dan yang sedang meregang nyawa serta yang lain-lain lagi. Karolus sungguh melihat Yesus dalam diri sesamanya. Baginya sabda Yesus dalam Mat 25:35-36 adalah Sabda yang hidup.
Kaya dalam berbagai keutamaan/kebajikan dan dihormati oleh semua orang, Karolus berjumpa dengan Saudari Maut Badani pada tahun 1584, pada waktu masih berusia 46 tahun. Orang kudus ini dibeatifikasikan oleh Paus Klemens VIII [1592-1605] pada tahun 1601, dan dikanonisasikan menjadi seorang Santo oleh Paus Paulus V [1605-1621] pada tahun 1610. Santo Karolus Borromeus dihormati sebagai orang kudus pelindung terhadap wabah.
Ada dua buah kongregasi religius yang berkarya di Indonesia dengan orang kudus ini sebagai orang kudus pelindung: (1) CB (Liefdezusters van den Heiligen Carolus Boromeus (Suster-suster CB) yang dikenal dengan karya mereka dalam bidang pendidikan dan kesehatan; (2) CS (Congregatione Dei Missionari di S. Carlo) atau Kongregasi Scalabrinian.
DOA: Tuhan Yesus, perkenankanlah aku melihat Engkau dalam diri setiap orang yang kujumpai. Amin.
Sumber: (1) Marion A. Habig OFM, THE FRANCISCAN BOOK OF SAINTS; (2) Leonard Foley OFM, SAINT OF THE DAY; (3) Lain-lain.
Cilandak, 4 November 2010
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS