Peringatan: 23 Juni
Pada tanggal 23 Juni, para anggota ‘Suster-Suster Puteri Maria Penolong Umat Kristiani’ (Figlie di Maria Ausiliatrice; FMA) dan ‘Serikat Salesian Don Bosco (Societas Sancti Francisci Salesii) wajib memperingati Santo Yosef Cafasso, seorang imam praja.
Yosef dilahirkan pada tahun 1811 di Castelnuovo dari sebuah keluarga saleh. Kekudusan dan semangat kerasulan yang bernyala-nyala dalam dirinya sudah diindikasikan sejak masa kecilnya. Yosef tidak tertarik pada permainan yang biasa dilakukan oleh anak-anak sebayanya. Dia lebih senang menyibukkan dirinya dengan Allah; dia senang sekali kalau dapat menghadiri Misa Kudus atau ikut terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang menyangkut kesalehan.
Tidak lama setelah Yosef ditahbiskan imam, seorang imam teladan yang bernama Aloisius Guala mendirikan sebuah seminari yang berhubungan dengan gereja Santo Fransiskus dari Assisi di kota Turino. Dalam seminari ini para imam muda dididik dalam panggilan suci mereka, teristimewa dipersiapkan untuk menghadapi berbagai kesalahan dari Yansenisme (berasal dari nama seorang uskup: Cornelius Jansen [1585-1638]). Romo Yosef diangkat menjadi seorang guru dalam lembaga ini dan kemudian menggantikan pendirinya, Aloisius Guala, setelah kematiannya.
Sebagai kepala seminari, dengan cepat Yosef menyelesaikan tugas sulit yang telah dimulai oleh Romo Aloisius Guala, namun belum sempat diselesaikan olehnya. Secara tuntas Romo Yosef menguraikan segala doktrin yang menyesatkan dari bid’ah Yansenisme dan membantahnya berdasarkan ajaran-ajaran dari S. Fransiskus de Sales (1567-1622) dan S. Alfonsus Liguori (1696-1787) yang dengan jelas telah menunjukkan jalan menuju kesempurnaan Kristiani. Secara konsisten dan penuh kesetiaan, Yosef melanjutkan misi ini selama dia menjadi imam, seakan-akan tugas ini diberikan kepadanya oleh Bapa surgawi sendiri.
Dalam semangat tak kunjung padam akan kemuliaan ilahi dan keselamatan jiwa-jiwa, Romo Yosef mengkombinasikan contoh/teladan dengan kata-kata. Dia melakukan apa saja yang dapat dilakukannya untuk mempromosikan devosi kepada Tuhan Yesus dalam Sakramen Mahakudus kepada Siapa di menunjukkan cintakasihnya yang besar. Dia juga tak henti-hentinya mendorong umat beriman untuk menghadiri Misa Kudus setiap hari. Devosinya kepada Bunda Maria juga sudah tertanam dalam dirinya sejak masih kecil, dan sekarang dia menjadi inspirator bagi orang-orang lain untuk mengasihi Maria dengan devosi seorang anak kepada ibunya.
Yang banyak tidak diketahui orang adalah kenyataan, bahwa Yosef Cafasso adalah anggota Ordo Ketiga S. Fransiskus (sekarang: Ordo Fransiskan Sekular), dan dia biasa menganjurkan orang-orang untuk masuk ke dalamnya sebagai sebuah serikat yang ideal, teristimewa bagi para imam yang tidak berhubungan dengan perkara-perkara dunia.
Tidak ada kebutuhan rohani ataupun duniawi yang tidak diminati oleh Romo Yosef agar dapat dibantu olehnya, tidak ada musibah macam apapun untuk mana dia tidak datang dengan bantuan yang diperlukan, dan tidak ada pekerjaan baik mana pun yang tidak didorong atau didukungnya. Hatinya adalah untuk para yatim-piatu, orang-orang miskin, orang-orang sakit dan mereka yang berada dalam penjara. Dalam melakukan pelayanan kasihnya ini Romo Yosef tidak mengenal lelah dan tidak peduli akan bahaya yang dapat mengancam hidupnya. Lewat nasihat-nasihatnya dan pertolongannya Romo Yosef membujuk siswanya yang sangat dikasihinya, Yohanes Don Bosco, untuk mendirikan Serikat Salesian, yang karyanya untuk Gereja dan jiwa-jiwa sungguh luar biasa.
Romo Yosef Cafasso sangat terlibat dalam pelayanan menolong orang-orang yang menderita dalam banyak bentuknya. Akan tetapi, dari semua itu ada satu yang secara istimewa ditekuninya, yaitu pendampingan para nara pidana yang akan dijatuhi hukuman mati. Pengorbanannya bagi para terpidana mati itu tak mengenal batas. Dia menggunakan apa saja yang dimilikinya untuk mendekati hati mereka dan dengan cintakasihnya yang besar mengatasi kekerasan kepala serta hati mereka. Pada saat para terpidana mati itu sudah bertobat dan hubungan dengan Allah pulih kembali, Romo Yosef pun akan menemani mereka ke tempat pelaksanaan hukuman mati, yang dipandang olehnya sebagai pintu masuk ke dalam kehidupan kekal.
Romo Yosef Cafasso berjumpa dengan Saudari Maut badani pada usia yang masih relatif muda (49 tahun), yaitu pada tanggal 23 Juni 1860, setelah menerima sakramen-sakramen Gereja. Oleh karena berbagai keutamaan yang dimiliki oleh Romo Yosef dan mukjizat-mukjizat yang terjadi karena doa-doa syafaatnya, maka Paus Pius XI dalam Tahun Suci 1925 mengangkatnya menjadi seorang Beato. Pada tahun 1947 Paus Pius XII mengkanonisasikan-nya sebagai seorang Santo.
Dalam buku karangan Pater Lazaro Iriarte de Aspurz OFMCap., FRANCISCAN HISTORY – THE THREE ORDERS OF ST. FRANCIS OF ASSISI, nama Santo Yosef Cafasso termuat dalam daftar para kudus Ordo Ketiga S. Fransiskus dengan nomor urut 40, sedangkan siswa kesayangannya, S. Yohanes Don Bosco menduduki urutan ke-42 (hal. 552-553).
Sumber utama: Marion A. Habig OFM, THE FRANCISCAN BOOK OF SAINTS, Chicago, Illinois: Franciscan Herald Press, 1979 (Revised Edition).
Cilandak, 23 Juni 2010
F.X. Indrapradja, OFS