KEBANGKITAN YESUS KRISTUS
Maksud dan tujuan tulisan singkat ini adalah untuk menjawab dua pertanyaan mendasar tentang kebangkitan Yesus Kristus: (1) Apakah signifikansi kebangkitan badan Yesus? (2) Mengapa kebenaran dari kebangkitan badan Yesus ini penting bagi kita?
Untuk menjawab dua pertanyaan yang sangat penting ini, kita harus kembali ke awal-awal penciptaan. Dalam Kitab Kejadian dicatat bahwa Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya sendiri (lihat Kej 1:27). Lagipula, setelah Allah menyelesaikan karya penciptaan, Kitab yang sama mencatat bahwa “Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu sungguh amat baik” (Kej 1:31).
Maksud dan tujuan tulisan singkat ini adalah untuk menjawab dua pertanyaan mendasar tentang kebangkitan Yesus Kristus: (1) Apakah signifikansi kebangkitan badan Yesus? (2) Mengapa kebenaran dari kebangkitan badan Yesus ini penting bagi kita?
Untuk menjawab dua pertanyaan yang sangat penting ini, kita harus kembali ke awal-awal penciptaan. Dalam Kitab Kejadian dicatat bahwa Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya sendiri (lihat Kej 1:27). Lagipula, setelah Allah menyelesaikan karya penciptaan, Kitab yang sama mencatat bahwa “Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu sungguh amat baik” (Kej 1:31).
Diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Hal ini bukan hanya berarti bahwa kita memiliki intelek dan kehendak, melainkan juga keseluruhan diri kita – termasuk tubuh kita – memanifestasikan realitas Allah. Allah adalah Roh – jadi tidak mempunyai tubuh – namun kita manusia dalam totalitas kita – menunjukkan keagungan Allah. Kita menjadi tahu mengenai berbagai hal melalui indera-indera badani kita. Kita bertindak-tanduk berdasarkan pilihan-pilihan bebas dengan menggunakan cara-cara badani. Kita mengucapkan kata-kata dengan mulut kita dan suara-suara fisik. Kegiatan-kegiatan badani kita mengekspresikan pikiran-pikiran dan hasrat-hasrat kita.
Nah, kalau kita berbicara dan bertindak sesuai dengan perintah-perintah Allah, maka sebenarnya kita mempertunjukkan keserupaan kita dengan Allah, Dia yang menciptakan keseluruhan diri kita untuk suatu kehidupan abadi. Allah bersifat kekal-abadi dan kita dipanggil untuk turut ambil bagian dalam keabadian tersebut, dengan demikian kita mencerminkan keberadaan Allah yang kekal-abadi. “Allah telah menciptakan manusia untuk kebakaan, dan dijadikan-Nya gambar hakekat-Nya sendiri” (Keb 2:23).
Ketika kita berdosa, keserupaan kita dengan Allah menjadi ternoda. Kita tidak lagi memanifestasikan keagungan Allah. Kita memang masih dapat berpikir dan memilih. Kita tetap dapat mengetahui mengenai berbagai hal dan tetap bebas, namun kita memakai pikiran-pikiran dan kehendak-kehendak kita, tidak hanya untuk melakukan apa saja yang baik, melainkan juga apa yang jelek. Kita telah menjadi “hamba dosa” (lihat Rm 6:17). “… karena dengki setan maka maut masuk ke dalam dunia, dan yang menjadi milik setan mencari maut itu” (Keb 2:24). Dengan demikian kita kehilangan hidup kekal-abadi bersama Allah.
Pentingnya kenyataan kebangkitan badan Yesus. Allah Bapa membangkitkan Yesus – jiwa dan badan – kepada kemuliaan kebangkitan. Putera Allah masih tetap seorang manusia yang utuh, tetapi sebagai seorang manusia baru yang penuh kemuliaan. Dia menjadi Adam yang baru atau Adam kedua (lihat 1Kor 15:20-28.45). Yesus Kristus adalah ciptaan baru dan sebagai ciptaan baru Dia memulihkan keseluruhan ciptaan lama. Sekali lagi, melalui kebangkitan-Nya, ciptaan Allah sungguh amat baik. Melalui kebangkitan Yesus sekali lagi kita mampu untuk menjadi gambaran atau citra Allah yang sejati, dengan cara yang sekarang malah melebihi ciptaan pertama.
Melalui iman dan baptisan dimungkinlah bagi kita untuk turut ambil bagian dalam kebangkitan Yesus yang penuh kemuliaan (baca: Rm 6 dan 8). Kita menjadi saudara dan saudari, bukan dari Adam yang lama, melainkan dari Adam yang baru – Yesus Kristus. Melalui hidup dan kuasa Roh Kudus yang diutus setelah kebangkitan Yesus, kita ditransformasikan menjadi ciptaan baru dan dengan demikian dimampukan untuk sekali lagi mencerminkan keagungan Allah.
Sekali lagi kita dapat menggunakan pikiran-pikiran kita untuk mengenal dan mengekspresikan kebenaran Allah. Dengan suara-suara fisik kita dapat melambungkan pujian-pujian kepada Allah. Dengan gerak-gerik tubuh kita dapat mengespresikan cintakasih kita kepada Allah dan orang-orang lain (satu sama lain). Tindakan-tindakan kebaikan kita yang bersifat fisik – rangkulan, cipika-cipiki, karya-karya karitatif – sekali lagi mencerminkan keserupaan kita dengan Allah dalam Kristus Yesus. Melalui kehidupan kita yang penuh keutamaan/kebajikan, keseluruhan hidup kita (tubuh dan jiwa) ditransformasikan menjadi gambar atau citra Yesus, citra sempurna Bapa. Yesus adalah Sakramen Bapa. “Ia citra Allah yang tak kelihatan, dan dalam Dia segala-sesuatu telah diciptakan” (Kol 1:15-16; Lumen Gentium, 7).
Titik kulminasi suatu kehidupan suci yang dihayati dalam keserupaan dengan Allah diwujudkan dalam keikut-sertaan kita dalam kemuliaan kebangkitan Yesus sendiri. Maut tidak lagi dapat menguasai kita. Dalam Kristus sekali lagi kita mengenakan jiwa dan tubuh yang dipulihkan. Totalitas tentang siapa kita ini dipulihkan kepada kebaikan untuk mana kita diciptakan Allah, yaitu kehidupan kekal-abadi.
Kebangkitan badan Yesus membuktikan bahwa dunia ciptaan kita ini sungguh baik dan yang paling penting adalah bahwa manusia yang adalah bagian dunia ciptaan ini, sungguh amat baik. Allah menciptakan kita, secara keseluruhan, menurut gambar dan rupa-Nya sendiri, dan dengan kebangkitan Yesus, Ia telah memulihkan dan melampaui keserupaan-Nya dalam diri kita. Dia tidak hanya memperoleh kembali ciptaan-Nya yang lama, Dia telah meninggikannya kepada ketinggian baru dalam kebangkitan Putera-Nya. Kita semua yang percaya kepada-Nya akan mengalami sukacita dan kegembiraan sebagai gambar Allah yang sejati dalam Yesus – Putera-Nya – oleh kuasa Roh Kudus sekarang dan selama-lamanya.
Peranan Roh Kudus. Paling sedikit ada dua hal yang ingin disyeringkan Tuhan dengan kita atau ingin Dia lalukan bagi kita melalui kuasa Roh Kudus. Dalam Misa Paskah kita memperbaharui janji-janji baptisan kita; kita semua membuat deklarasi bahwa kita menolak Iblis dan segala pekerjaannya, bahwa kita percaya akan Allah Bapa dan akan Yesus sebagai Tuhan kita, bahwa kita percaya akan Roh Kudus, percaya akan Gereja Katolik yang kudus, persekutuan para kudus, pengampunan dosa, kebangkitan badan dan kehidupan kekal.
Fakta bahwa masing-masing kita dalam Misa itu dapat dalam kebenaran memperbaharui janji-janji baptis merupakan sebuah tanda bekerjanya Roh Kudus dalam hidup kita. Hanya oleh Roh Kudus kita dapat menolak Iblis dan dosa. Hanya oleh Roh Kudus kita dapat memanggil Yesus, Tuhan. Jadi dalam Misa Paskah Roh Kudus ingin meyakinkan kita – lewat pembaharuan janji-janji baptis – bahwa ini adalah sebuah tanda, suatu jaminan, suatu janji bahwa kita akan bangkit dari kematian. Kita harus bersukacita dalam iman bahwa Yesus telah memberikan kepada kita – melalui Roh Kudus – bahwa kita mampu untuk memperbaharui (dalam iman) janji-janji baptis kita.
Kedua, dalam Misa Paskah kita akan menerima Yesus dalam Ekaristi. Oleh kuasa Roh Kudus Allah Bapa membangkitkan Yesus Kristus, Dalam Misa, oleh Roh Kudus yang sama, Bapa akan mentransformasikan roti dan anggur menjadi tubuh dan darah Kristus yang bangkit. Masing-masing kita akan menyambut tubuh (dan darah) tubuh dan darah Tuhan yang bangkit, jiwanya dan keilahian-Nya yang sudah bangkit. Keseluruhan diri Yesus akan datang kepada kita dan berdiam dalam diri kita – secara fisik di dalam tubuh kita.
Skandal akan terjadi kalau Tuhan Yesus yang bangkit datang dengan segala kuasa, kemegahan dan kemuliaan untuk berdiam dalam diri kita, tetapi tidak ada sesuatu pun yang terjadi dalam diri kita. Bagaimana mungkin – bahwa Yesus yang bangkit dapat berdiam dalam diri kita dalam Ekaristi dan tidak ada sesuatu pun yang terjadi dalam diri kita atau mengubah diri kita? Sungguh sebuah skandal serius!
Kalau kita mengingat kembali kehidupan kita masing-masing sekian tahun ke belakang, kita akan melihat betapa sering kita menyambut Komuni Kudus. Namun tidak jarang pula kita tidak mengalami perubahan apa pun. Hal seperti ini seharusnya membuat kita gemetar. Bapa surgawi ingin agar kita dalam Misa Paskah ini menyambut kedatangan Yesus ke dalam diri kita dengan penuh bakti, sepenuh hati, cintakasih dan afeksi. Ia ingin agar kita membuka diri bagi rahmat-Nya, untuk mengubah kita, membuat kita utuh, sehingga dapat lebih penuh dan lengkap mengambil bagian dalam kebangkitan Yesus.
Tidak ada yang menjadi rahasia bagi Bapa surgawi, termasuk laku tobat kita dalam masa Praspaskah yang kita akan akhiri pada Misa Paskah. Kita memang seyogianya berpengharapan bahwa dalam Misa istimewa ini Allah akan menyembuhkan, baik fisik, emosi maupun mental kita; membebaskan kita dari dosa-dosa, kemarahan, penolakan, kepahitan, keserakahan, kerakusan, kekhawatiran, keangkuhan dan apa saja yang dapat menghalangi kita untuk menyatu dengan-Nya. Tuhan Yesus yang bangkit datang untuk menyembuhkan kita dan membuat kita utuh.
Dalam Misa Paskah, selagi anda menyambut tubuh Kristus, kenalilah dan sadarilah SIAPA yang sedang kita sambut. Mintalah kepada-Nya dalam iman dan pengharapan, agar Ia menghangatkan hati anda, mencerahkan pikiran anda, membebaskan anda, memberikan kepadamu kegairahan, keutuhan dan kehidupan, sehingga bersama semua malaikat dan para kudus, anda dapat sungguh memproklamasikan bahwa “Yesus Kristus adalah Tuhan (Kyrios) bagi kemuliaan Allah, Bapa!” (Flp 2:11).
Ketika kita bersama menyanyikan doa ‘Bapa Kami’ dalam Misa Paskah yang sangat istimewa ini, semoga kita sungguh mampu mendoakan yang berikut: “Berilah kami rezeki pada hari ini” (Berikanlah kami pada hari ini makanan (roti) kami yang secukupnya; Mat 6:11; bdk. Luk 11:3). Siapa atau apa yang dimaksudkan di sini? Dia, yang adalah ‘roti kehidupan’ yang turun dari Surga: Yesus, Tuhan dan Juruselamat kita yang adalah kehidupan kita, pengharapan kita dan jaminan kita bagi kehidupan kekal.
Selamat Paskah 2010 kepada anda sekalian!
Cilandak, 21 Februari 2010 [Hari Minggu Prapaskah I]
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS
Nah, kalau kita berbicara dan bertindak sesuai dengan perintah-perintah Allah, maka sebenarnya kita mempertunjukkan keserupaan kita dengan Allah, Dia yang menciptakan keseluruhan diri kita untuk suatu kehidupan abadi. Allah bersifat kekal-abadi dan kita dipanggil untuk turut ambil bagian dalam keabadian tersebut, dengan demikian kita mencerminkan keberadaan Allah yang kekal-abadi. “Allah telah menciptakan manusia untuk kebakaan, dan dijadikan-Nya gambar hakekat-Nya sendiri” (Keb 2:23).
Ketika kita berdosa, keserupaan kita dengan Allah menjadi ternoda. Kita tidak lagi memanifestasikan keagungan Allah. Kita memang masih dapat berpikir dan memilih. Kita tetap dapat mengetahui mengenai berbagai hal dan tetap bebas, namun kita memakai pikiran-pikiran dan kehendak-kehendak kita, tidak hanya untuk melakukan apa saja yang baik, melainkan juga apa yang jelek. Kita telah menjadi “hamba dosa” (lihat Rm 6:17). “… karena dengki setan maka maut masuk ke dalam dunia, dan yang menjadi milik setan mencari maut itu” (Keb 2:24). Dengan demikian kita kehilangan hidup kekal-abadi bersama Allah.
Pentingnya kenyataan kebangkitan badan Yesus. Allah Bapa membangkitkan Yesus – jiwa dan badan – kepada kemuliaan kebangkitan. Putera Allah masih tetap seorang manusia yang utuh, tetapi sebagai seorang manusia baru yang penuh kemuliaan. Dia menjadi Adam yang baru atau Adam kedua (lihat 1Kor 15:20-28.45). Yesus Kristus adalah ciptaan baru dan sebagai ciptaan baru Dia memulihkan keseluruhan ciptaan lama. Sekali lagi, melalui kebangkitan-Nya, ciptaan Allah sungguh amat baik. Melalui kebangkitan Yesus sekali lagi kita mampu untuk menjadi gambaran atau citra Allah yang sejati, dengan cara yang sekarang malah melebihi ciptaan pertama.
Melalui iman dan baptisan dimungkinlah bagi kita untuk turut ambil bagian dalam kebangkitan Yesus yang penuh kemuliaan (baca: Rm 6 dan 8). Kita menjadi saudara dan saudari, bukan dari Adam yang lama, melainkan dari Adam yang baru – Yesus Kristus. Melalui hidup dan kuasa Roh Kudus yang diutus setelah kebangkitan Yesus, kita ditransformasikan menjadi ciptaan baru dan dengan demikian dimampukan untuk sekali lagi mencerminkan keagungan Allah.
Sekali lagi kita dapat menggunakan pikiran-pikiran kita untuk mengenal dan mengekspresikan kebenaran Allah. Dengan suara-suara fisik kita dapat melambungkan pujian-pujian kepada Allah. Dengan gerak-gerik tubuh kita dapat mengespresikan cintakasih kita kepada Allah dan orang-orang lain (satu sama lain). Tindakan-tindakan kebaikan kita yang bersifat fisik – rangkulan, cipika-cipiki, karya-karya karitatif – sekali lagi mencerminkan keserupaan kita dengan Allah dalam Kristus Yesus. Melalui kehidupan kita yang penuh keutamaan/kebajikan, keseluruhan hidup kita (tubuh dan jiwa) ditransformasikan menjadi gambar atau citra Yesus, citra sempurna Bapa. Yesus adalah Sakramen Bapa. “Ia citra Allah yang tak kelihatan, dan dalam Dia segala-sesuatu telah diciptakan” (Kol 1:15-16; Lumen Gentium, 7).
Titik kulminasi suatu kehidupan suci yang dihayati dalam keserupaan dengan Allah diwujudkan dalam keikut-sertaan kita dalam kemuliaan kebangkitan Yesus sendiri. Maut tidak lagi dapat menguasai kita. Dalam Kristus sekali lagi kita mengenakan jiwa dan tubuh yang dipulihkan. Totalitas tentang siapa kita ini dipulihkan kepada kebaikan untuk mana kita diciptakan Allah, yaitu kehidupan kekal-abadi.
Kebangkitan badan Yesus membuktikan bahwa dunia ciptaan kita ini sungguh baik dan yang paling penting adalah bahwa manusia yang adalah bagian dunia ciptaan ini, sungguh amat baik. Allah menciptakan kita, secara keseluruhan, menurut gambar dan rupa-Nya sendiri, dan dengan kebangkitan Yesus, Ia telah memulihkan dan melampaui keserupaan-Nya dalam diri kita. Dia tidak hanya memperoleh kembali ciptaan-Nya yang lama, Dia telah meninggikannya kepada ketinggian baru dalam kebangkitan Putera-Nya. Kita semua yang percaya kepada-Nya akan mengalami sukacita dan kegembiraan sebagai gambar Allah yang sejati dalam Yesus – Putera-Nya – oleh kuasa Roh Kudus sekarang dan selama-lamanya.
Peranan Roh Kudus. Paling sedikit ada dua hal yang ingin disyeringkan Tuhan dengan kita atau ingin Dia lalukan bagi kita melalui kuasa Roh Kudus. Dalam Misa Paskah kita memperbaharui janji-janji baptisan kita; kita semua membuat deklarasi bahwa kita menolak Iblis dan segala pekerjaannya, bahwa kita percaya akan Allah Bapa dan akan Yesus sebagai Tuhan kita, bahwa kita percaya akan Roh Kudus, percaya akan Gereja Katolik yang kudus, persekutuan para kudus, pengampunan dosa, kebangkitan badan dan kehidupan kekal.
Fakta bahwa masing-masing kita dalam Misa itu dapat dalam kebenaran memperbaharui janji-janji baptis merupakan sebuah tanda bekerjanya Roh Kudus dalam hidup kita. Hanya oleh Roh Kudus kita dapat menolak Iblis dan dosa. Hanya oleh Roh Kudus kita dapat memanggil Yesus, Tuhan. Jadi dalam Misa Paskah Roh Kudus ingin meyakinkan kita – lewat pembaharuan janji-janji baptis – bahwa ini adalah sebuah tanda, suatu jaminan, suatu janji bahwa kita akan bangkit dari kematian. Kita harus bersukacita dalam iman bahwa Yesus telah memberikan kepada kita – melalui Roh Kudus – bahwa kita mampu untuk memperbaharui (dalam iman) janji-janji baptis kita.
Kedua, dalam Misa Paskah kita akan menerima Yesus dalam Ekaristi. Oleh kuasa Roh Kudus Allah Bapa membangkitkan Yesus Kristus, Dalam Misa, oleh Roh Kudus yang sama, Bapa akan mentransformasikan roti dan anggur menjadi tubuh dan darah Kristus yang bangkit. Masing-masing kita akan menyambut tubuh (dan darah) tubuh dan darah Tuhan yang bangkit, jiwanya dan keilahian-Nya yang sudah bangkit. Keseluruhan diri Yesus akan datang kepada kita dan berdiam dalam diri kita – secara fisik di dalam tubuh kita.
Skandal akan terjadi kalau Tuhan Yesus yang bangkit datang dengan segala kuasa, kemegahan dan kemuliaan untuk berdiam dalam diri kita, tetapi tidak ada sesuatu pun yang terjadi dalam diri kita. Bagaimana mungkin – bahwa Yesus yang bangkit dapat berdiam dalam diri kita dalam Ekaristi dan tidak ada sesuatu pun yang terjadi dalam diri kita atau mengubah diri kita? Sungguh sebuah skandal serius!
Kalau kita mengingat kembali kehidupan kita masing-masing sekian tahun ke belakang, kita akan melihat betapa sering kita menyambut Komuni Kudus. Namun tidak jarang pula kita tidak mengalami perubahan apa pun. Hal seperti ini seharusnya membuat kita gemetar. Bapa surgawi ingin agar kita dalam Misa Paskah ini menyambut kedatangan Yesus ke dalam diri kita dengan penuh bakti, sepenuh hati, cintakasih dan afeksi. Ia ingin agar kita membuka diri bagi rahmat-Nya, untuk mengubah kita, membuat kita utuh, sehingga dapat lebih penuh dan lengkap mengambil bagian dalam kebangkitan Yesus.
Tidak ada yang menjadi rahasia bagi Bapa surgawi, termasuk laku tobat kita dalam masa Praspaskah yang kita akan akhiri pada Misa Paskah. Kita memang seyogianya berpengharapan bahwa dalam Misa istimewa ini Allah akan menyembuhkan, baik fisik, emosi maupun mental kita; membebaskan kita dari dosa-dosa, kemarahan, penolakan, kepahitan, keserakahan, kerakusan, kekhawatiran, keangkuhan dan apa saja yang dapat menghalangi kita untuk menyatu dengan-Nya. Tuhan Yesus yang bangkit datang untuk menyembuhkan kita dan membuat kita utuh.
Dalam Misa Paskah, selagi anda menyambut tubuh Kristus, kenalilah dan sadarilah SIAPA yang sedang kita sambut. Mintalah kepada-Nya dalam iman dan pengharapan, agar Ia menghangatkan hati anda, mencerahkan pikiran anda, membebaskan anda, memberikan kepadamu kegairahan, keutuhan dan kehidupan, sehingga bersama semua malaikat dan para kudus, anda dapat sungguh memproklamasikan bahwa “Yesus Kristus adalah Tuhan (Kyrios) bagi kemuliaan Allah, Bapa!” (Flp 2:11).
Ketika kita bersama menyanyikan doa ‘Bapa Kami’ dalam Misa Paskah yang sangat istimewa ini, semoga kita sungguh mampu mendoakan yang berikut: “Berilah kami rezeki pada hari ini” (Berikanlah kami pada hari ini makanan (roti) kami yang secukupnya; Mat 6:11; bdk. Luk 11:3). Siapa atau apa yang dimaksudkan di sini? Dia, yang adalah ‘roti kehidupan’ yang turun dari Surga: Yesus, Tuhan dan Juruselamat kita yang adalah kehidupan kita, pengharapan kita dan jaminan kita bagi kehidupan kekal.
Selamat Paskah 2010 kepada anda sekalian!
Cilandak, 21 Februari 2010 [Hari Minggu Prapaskah I]
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS