Siapapun yang menyebut dirinya fransiskan, hendaklah memiliki motif
hidup, alasan, identitas. Mengikuti setiap program yang diberikan oleh
mereka yang dipercaya untuk itu, sehingga setiap individu memiliki
Pola-pola dasar Hidup sebagai seorang fransiskan, yang meliputi :
Bagi seorang fransiskan (OFS) hubungannya dengan Allah, dibangun atas
dasar "hubungan anak dan Bapa", yang memegang seluruh kebijaksanaan
dan segala kebajikan teologis, iman, harapan dan kasih. Hendaklah
mampu menempatkan diri dihadapan-Nya, Allah satu-satunya Yang Maha
Tinggi yang kebajikan-Nya diluar nalar umat manusia. Bandingkan doa
Bapa Serafik tatkala berada di Bukit La Verna :
Siapakah Engkau Allah termanis ? Dan siapakah saya, hanya seekor
cacing yang malang, hamba-Mu yang tidak berharga. Namun Engkau
berkenan mencintaiku dan menjadi Tuhan bagiku.
Itulah pujian dan sembah sujud yang hendaknya mampu kita resapkan,
sehingga setiap derita mampu menjadikan kesukaan bagi setiap warga
OFS.
2). Mengarah ke atas.
Setiap fransiskan hendaklah memandang setiap hidup dan kehidupan
mengarah ke atas kepada suatu kepenuhan. Bukan karena semata-mata
Allah ada di sorga, dan sorga adanya di atas awan (bdk Yesus naik ke
surga), namun hendaklah setiap individu OFS menyadari bahwa segala
ciptaan-Nya menjadi "pengejawantahan Allah", sehingga kita mampu
menemukan kemuliaan-Nya pada setiap insan yang kita jumpai, setiap
mahluk, bahkan semua ciptaan-Nya, sehingga kita dapat bermadah :
Tuhanku yang penyayang, maha luhur dan maha kuasa,
pada-Mu lah puji-pujian dan kemuliaan,
kehormatan dan segala keluhuran
...dst ...
Puji dan muliakanlah Tuhanku,
beri syukur kepada-Nya, abdilah Dia dengan kerendahan hati besar.
(Ayat pertama dan terakhir Gita Sang Surya).
Setiap mahluk dan benda ciptaan-Nya menyadarkan kita akan suatu pujian
yang tak terucap bagi kemuliaan-Nya, karena Ia berkenan hadir pada
setiap peristiwa (bdk Luk 2:11).
3) Optimisme dan Penuh Kebahagiaan.
Karena kita diciptakan secitra dengan-Nya (Kej 1:26a), maka hendaklah
kita berusaha hidup yang semakin menuju ke kesempurnaan (bdk Mat
5:48).
Visi tentang alam ciptaan dan ungkapan kebaikan-Nya menimbulkan rasa
optimis bagi tiap-tiap individu para fransiskan (OFS).
Keyakinan ini akan menimbulkan rasa percaya diri bahwa kehadiran
Kerajaan Allah tidak perlu menunggu kematian dan kebangkitan kita
kelak, melainkan dalam dunia ini, dimana kegembiraan firdausi ini akan
menimbulkan kehendak berbela-rasa atau solider dengan sesama umat
manusia. Hal ini akan menumbuhkan humanisme fransiskan.
4). Penyaksian Yesus Kristus dan Kesetiaan pada Gereja.
Sikap kesaksian akan kehadiran-Nya dan kesetiaan pada Gereja telah
diawali tatkala pada awal pertobatan Fransiskus melepas setiap
pemberian ayahanda bapa Pietro Bernardone, sehingga ia telanjang bulat
dimuka umum. Dan Allah melalui tangan Uskup Gudo segera menyelimutinya
dengan mantel kebesaran keuskupan.
Kitab Suci bagi Fransiskus bukan sekedar untuk dibaca dan dihayati,
melainkan untuk dilaksanakan. Bandingkan dengan "pelepasan pakaian
petapa berupa ikat pinggang dan diganti dengan pakaian pentobat berpa
seutas tali, dan tanpa alas kaki.
Kedua contoh yang diberikan oleh bapa Serafik tersebut hendaklah mampu
kita ikuti dalam kehidupan kita sehari-hari. Disamping kita mau
melakukan studi kitab suci, juga bersedia pula mewartakannya didalam
kehidupan sehari-hari. Kita hendaknya senantiasa taat dan patuh pada
hirarki, juga meningkatkan hidup persaudaraan, bermati-raga, hidup
dalam kesalehan, taat pada Ajaran Gereja, dan berkarya bagi sesama
umat manusia.
Magelang,
Yts Harijadi Ofs