Salah satu ciri dari kharisma Santo Fransiskus adalah mempelajari Sabda Allah dalam suasana doa; suatu “prayerful study of the Word of God” (menurut istilah Sdr. John Harding) agar supaya dia dapat mengetahui secara lebih sempurna apa kehendak Allah bagi dirinya dan bagi para pengikutnya. Bagi Santo Fransiskus, Sabda Allah merupakan suatu manifestasi yang hidup dan bersifat pribadi dari kehadiran Allah yang tak kunjung hilang, dengan demikian membuat tuntutan-tuntutan yang bersifat mutlak. Kitab Suci, kalau dibaca dengan penuh kerendahan hati dan cinta-kasih, merupakan sebuah sumber pengetahuan mengenai Allah maupun mengenai diri sendiri (lihat 2Cel 102).
0 Comments
Pada suatu malam dalam bulan September, beberapa hari menjelang Pesta Salib Suci, Sdr. Leo berangkat pada waktu yang biasa untuk berdoa matin (sekarang Ibadat Bacaan) bersama Fransiskus. Ketika dia berseru, “Domine, labia mea aperies” dari ujung jembatan, Fransiskus tidak menjawab. Sdr. Leo tidak kembali seperti yang diperintahkan oleh Fransiskus, namun dengan niat yang baik dan suci, dia menyeberangi jembatan dan perlahan-lahan memasuki pondok Fransiskus. Ia tidak menjumpai dia di sana. Ia mengira bahwa Fransiskus telah pergi ke suatu tempat lain di hutan untuk berdoa. Oleh karena itu ia keluar dan dalam cahaya bulan ia dengan diam-diam mencarinya di hutan. Dilihatnya Fransiskus sedang berlutut, wajah dan tangannya tertengadah ke langit, dan berseru dengan semangat bernyala-nyla, “Siapakah Engkau, Tuhan Allah yang amat manis?” Ia terus mengulangi kata-kata itu tanpa mengatakan lainnya. Yang pertama-tama harus kita camkan adalah, bahwa Misteri Inkarnasi ini merupakan salah satu intervensi terbesar Allah dalam sejarah umat manusia. Dari waktu dosa pertama yang dibuat oleh Adam dan Hawa sampai pada Hari Natal pertama, Allah telah mempersiapkan jalan bagi umat manusia untuk kembali kepada-Nya. Sekarang Yesus telah datang ke dunia, maka kepenuhan rencana Allah yang besar pada akhirnya akan berbuah selagi Dia mempersiapkan kedatangan-Nya kembali ke dunia dalam kemuliaan. Dalam salah satu komentarnya atas Surat Paulus kepada jemaat di Efesus, Santo Hieronimus [347-420] mengemukakan bahwa Santo Paulus begitu menghargai (dalam arti memuliakan) Nama Suci, sehingga dia tidak dapat berkhotbah tanpa menyebutkan Nama itu. Menurut P. R. Biasiotto OFM, semangat berarpi-api Santo Paulus dapat dijelaskan dalam diri seorang manusia yang telah menerima penglihatan dan pernyataan/pewahyuan dari Tuhan dan “tertangkap” di surga tingkat ketiga, di mana tentunya dia sempat melihat malaikat-malaikat dan orang-orang kudus bertekuk lutut ketika mendengar Nama Yesus diucapkan. PARA FRANSISKAN SEKULAR DIPANGGIL UNTUK HIDUP SUCI *) Manakala kita berbicara mengenai salib Kristus, seringkali kita mengacu pada balok-balok kayu yang digunakan sebagai instrumen kematian Yesus. Namun kalau kita menyelidiki Kitab Suci dan membaca tulisan-tulisan para Bapak Gereja, kita mulai memperoleh pandangan yang lebih luas, suatu perspektif yang mencakup keseluruhan drama keselamatan kita – inkarnasi Yesus, kematian dan kebangkitan-Nya, dan kenaikan-Nya ke surga. Salib Kristus pada intinya merupakan kesaksian akan cintakasih Allah yang dicurahkan kepada umat manusia, yang mempunyai kuasa untuk mentransformasikan hidup mereka, pribadi lepas pribadi. Pesan inilah yang ingin kita geluti dalam tulisan ini. Fransiskus bertemu dengan Yesus dan Injil dalam diri makhluk ciptaan hina-dina yang ada di sekitar dirinya dan dia menemukan dalam diri mereka suatu sumber kegembiraan sejati. Selama hidupnya yang relatif singkat itu Fransiskus menghadapi berbagai perjuangan, namun dia tidak pernah mundur dari keyakinannya, bahwa Injil adalah buku pedoman untuk suatu kehidupan yang penuh dan bijaksana; suatu pengaruh ilahi yang memimpin orang-orang untuk terlibat dalam dunia dengan penuh gairah, dengan semangat yang berkobar-kobar; sebuah peti harta karun yang berisikan sabda-sabda aktual dan kegembiraan abadi. Kita dapat membaca Kitab Suci Perjanjian Lama ayat-ayat berikut ini: “Firman TUHAN [YHWH] kepadanya: ‘Berjalanlah dari tengah-tengah kota, yaitu Yerusalem dan tulislah huruf T pada dahi orang-orang yang berkeluh kesah karena segala perbuatan-perbuatan keji yang dilakukan di sana.’ Dan kepada yang lain-lain aku mendengar Dia berfirman: ‘Ikutilah dia dari belakang melalui kota itu dan pukullah sampai mati! Janganlah merasa sayang dan jangan kenal belas kasihan. Orang-orang tua, teruna-teruna dan dara-dara, anak-anak kecil dan perempuan-perempuan, bunuh dan musnahkan! Tetapi semua orang yang ditandai dengan huruf T itu, jangan singgung! Dan mulailah dari tempat kudus-Ku!’” (Yeh 9:4-6). Pada awal musim semi Fransiskus diangkut dari Rieti ke Siena. Kemudian Saudara Elias memimpin dia ke Celle di Cortona, namun tidak lama kemudian Fransiskus mengalami sakit di perutnya, juga di kakinya. Dia sukar makan setelah itu. Pada awal bulan Agustus 1226 Fransiskus juga berdiam di Bagnara dan di Nocera Umbra. Pada awal bulan September , wali kota Assisi, Berlingerio Je Jacopo dari Florence, mengutus sekelompok ksatria ke Nocera untuk mohon kepada orang kudus ini untuk kembali ke Assisi agar kemuliaan kepemilikan tubuh hamba Allah ini tidak diberikan kepada orang-orang lain. Kelompok itu berhenti di Satriano, kemudian menuju istana uskup di Assisi, tetapi bapak uskup Guido II tidak berada di tempat karena sedang melakukan perjalanan ziarah ke Monte Gargano. ‘Maria membawa kita kepada Kristus’, inilah yang sudah menjadi keyakinan umat Katolik sepanjang masa. Dalam peristiwa pesta pernikahan di Kana yang di Galilea, kata-kata yang disampaikan Maria kepada para pelayan di pesta itu sungguh menjadi suatu ‘petunjuk abadi’ bagi kita anak-anaknya yang masih melakukan ‘perjalanan ziarah’ di dunia ini. Pada pesta pernikahan itu Maria berkata kepada para pelayan: “Apa yang dikatakan-Nya kepadamu, lakukanlah itu!” [Yoh 2:5]. Setelah itu Yesus memberikan instruksi-instruksinya kepada pelayan-pelayan itu, kemudian mukjizat ‘air menjadi anggur’ terjadi… “tanda yang pertama dari tanda-tanda-Nya dan dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaan-Nya, dan murid-murid-Nya percaya kepada-Nya” [Yoh 2:11]. Memang sungguh demikian adanya: ‘Maria membawa kita kepada Kristus!’ |
Spiritualitas Fransiskan dan Spiritualitas OFSBerisi panduan bagi mereka yang tertarik dengan cara dan semangat hidup Fransiskus Archives
November 2013
Judul Artikel
All
|